spot_img
Sabtu, April 20, 2024
spot_img

Krisis di Sri Lanka, Dinasti Rajapaksa Dituduh Korupsi dan tidak Becus Memimpin Negara?

KNews.id- Kepemimpinan Perdana Menteri Sri Lanka Mahinda Rajapaksa mendapat tekanan dari kelompok anti-pemerintah. Kericuhan mewarnai negara kepulauan itu sepekan ini. Mahinda adalah kakak dari presiden saat ini, Gotabaya Rajapaksa.

Keluarga Rajapaksa telah menguasai negara kepulauan itu selama dua dekade terakhir. Namun, dominasi tersebut kini terancam. Warga Sri Lanka tengah menghadapi krisis ekonomi terburuk sejak negara itu merdeka dari Inggris pada 1948.

- Advertisement -

Dilansir dari BBC NEWS, “banyak ahli telah mengaitkan kesulitan saat ini dengan ketidakbecusan memimpin dan mengelola ekonomi negara dari sang pemimpin.”

“Sepekan ini, para pengunjuk rasa anti-pemerintah menyerbu kediaman resmi Perdana Menteri menyusul pada saat yang sana kelompok pro-pemerintah menggelar unjuk rasa damai hingga terjadi bentrokan.” sebut laporan BBC News.

- Advertisement -

Laporan itu mengungkapkan, “bentrokan menyebar ke seluruh negeri dan pengunjuk rasa yang marah membakar beberapa properti milik keluarga Rajapaksa, termasuk rumah keluarga mereka di Hambantota.”

Para pengunjuk rasa juga menghancurkan makam orang tua Rajapaksa serta tugu peringatan yang didedikasikan untuk mereka. Sebagai presiden, Gotabaya dituduh menyalahgunakan dana negara untuk membangun tugu peringatan tersebut.

- Advertisement -

Pada hari Senin 9 Mei, Perdana Menteri Sri Lanka Mahinda Rajapaksa mengundurkan diri di tengah protes yang menyebar ke seluruh negeri sejak awal April.

“Pengunduran diri Mahinda Rajapaksa menandai perubahan nasib yang memalukan bagi seorang pria yang selama bertahun-tahun menjadi orang paling berkuasa di Sri Lanka,” kata Ayeshea Perera, editor situs BBC News Asia.

Namun sang presiden mengatakan ia tidak berniat untuk berhenti, meskipun hampir semua menterinya sudah mengundurkan diri dan beberapa anggota parlemen menarik dukungan mereka terhadap pemerintah.

Pada hari Jumat (6 Mei), Gotabaya mengumumkan keadaan darurat untuk kedua kalinya dalam sebulan setelah pemogokan massal berbuntut penutupan toko-toko dan bisnis di seluruh negeri.

“Mereka mungkin belum sepenuhnya jatuh dari kekuasaan, tetapi keluarga Rajapaksa semakin kehilangan cengkeraman mereka pada politik Sri Lanka yang di masa lalu kelihatannya tak tergoyahkan.” Tulis laman yang berpusat di London itu. (AHM/inrpnws24)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini