KNews.id – Jakarta, Dedolarisasi akan mencapai puncaknya pada 2025 karena sejumlah aliansi meninggalkan dolar AS dan menggantinya dengan mata uang lokal untuk perdagangan. Uni Ekonomi Eurasia (EAEU) baru saja mengonfirmasi penyelesaian 93% perdagangan dalam mata uang nasional dengan mengesampingkan dolar AS.
Hanya 7% dari transaksi lintas batas di antara mereka yang mencakup pembayaran dalam dolar AS.
Data terbaru menunjukkan, aliansi EAEU menyelesaikan perdagangan senilai hampir USD100 miliar atau setara Rp1.626 triliun pada 2024. Sebab itu, perdagangan senilai USD93 miliar di dalam EAEU diselesaikan dalam mata uang lokal tahun lalu.
Hanya USD7 miliar transaksi lintas batas yang dibayar menggunakan dolar AS di antara negara-negara anggota.
Perkembangan ini menunjukkan dedolarisasi berakselerasi dengan cepat untuk meninggalkan dolar AS. Uni Ekonomi Eurasia terdiri dari 5 negara seperti Rusia, Armenia, Belarusia, Kazakhstan, dan Kirgistan.
Blok EAEU memulai agenda dedolarisasi 10 tahun lalu dan mendapatkan momentum pada 2025. Pada 2015, blok ini telah menyelesaikan 71% perdagangan dalam mata uang lokal. Pada 2025, mereka menyelesaikan pembayaran perdagangan dalam mata uang lokal menyentuh 93%.
“Jika pangsa rubel dan mata uang nasional lainnya sekitar 70% dalam penyelesaian dengan mitra kami di EAEU, maka pada akhir tahun lalu kami mencapai rekor 93%,” ujar Wakil Menteri Pembangunan Ekonomi Rusia, Dmitry Volvach, dilansir dari Watcher Guru, Minggu (25/5).
Dedolarisasi telah berkembang dan membutuhkan waktu satu dekade untuk mencapai arus utama keuangan. AS akan mengalami kerugian paling besar jika semakin banyak aliansi seperti EAEU yang melakukan dedolarisasi.
Gedung Putih harus mengambil langkah-langkah konkret untuk menghentikan dedolarisasi atau berisiko kehilangan dominasi keuangan global. Jika tidak, negara-negara berkembang dapat mulai mengendalikan ekonomi dunia sementara AS terdesak ke kursi belakang.