spot_img
Rabu, April 24, 2024
spot_img

Kebijakan Zero COVID-19 Jungkalkan Kinerja Sektor Industri di China

KNews.id- Laba perusahaan industri di China merosot tajam dan lebih cepat dibanding sektor bisnis lain, yang dipicu oleh lemahnya permintaan domestik di negara tersebut.

Pelemahan permintaan terjadi seiring kebijakan Pemerintah Negeri Tirai Bambu yang menerapkan pembatasan COVID-19 secara ketat, guna mengejar target nihilnya kasus COVID secara nasional, atau biasa disebut dengan kebijakan Zero COVID-19.

- Advertisement -

Tak hanya sektor industri, permintaan domestik di sektor properti juga disebut menjadi pemberat laju perekonomian China, yang pada dasarnya justru berhasil menunjukkan peningkatan di luar perkiraan masyarakat dunia.

Sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (27/9/2022), geliat ekonomi China cukup mengejutkan, dengan ditopang oleh output pabrik dan penjualan ritel yang lebih cepat dari perkiraan. Sayang, krisis properti dan penguncian pandemi COVID menjadi beban dalam prospek pertumbuhan ke depan.

- Advertisement -

Dikutip dari laporan Biro Statistik Nasional (National Bureau of Statistics/NBS) China, disebutkan bahwa laba sektor industri tercatat turun 2,1 persen, dalam delapan bulan pertama tahun ini.

“Pemulihan ekonomi menghadapi lebih banyak ketidakpastian, karena momentumnya terganggu oleh berbagai faktor eksternal dan tak terduga seperti cuaca panas yang ekstrem, pembatasan listrik regional, dan wabah COVID,” ujar Kepala Ekonom Jones Lang Lasalle (JLL), Bruce Pang, dalam laporan tersebut.

- Advertisement -

Dari Januari hingga Agustus, 25 dari 41 sektor industri utama China mengalami penurunan laba. Pertumbuhan laba di sektor pertambangan melambat menjadi 88,1 persen (YoY) dari ekspansi 105,3 persen karena melemahnya harga komoditas. Sektor manufaktur melaporkan penurunan laba ke angka 12,6 persen.

“China akan mempercepat penerapan kebijakan untuk memperluas permintaan, dan mempromosikan pemulihan ekonomi industri yang berkelanjutan dan stabil,” ujar Ahli Statistik Senior NBS, Zhu Hong, dalam laporan yang sama.

Para analisis menyebutkan bahwa kebijakan nol-COVID China saat ini sebagai kendala utama dari penurunan ekonomi di negeri tirai bambu.

“Ekspor yang lebih lemah dan pasar properti berarti bahwa sumber pendukung pertumbuhan yang tersisa adalah konsumsi, dalam pandangan kami. Untuk melepaskan itu, diperlukan perubahan dalam pendekatan manajemen COVID China,” tulis Morgan Stanley, dalam pernyataan resminya.

Pada akhir Agustus, kota-kota dari Shenzhen ke Chengdu dan Dalian meluncurkan pembatasan COVID yang bertujuan untuk memberantas wabah baru.

Output industri China naik 4,2 persen dari tahun sebelumnya di bulan Agustus, lebih cepat dari kenaikan 3,8 persen di bulan Juli. Sedangkan, liabilitas di perusahaan industri melonjak 10,0 persen dari tahun sebelumnya.

Kabinet China menawarkan stimulus lain untuk menghidupkan kembali ekonomi yang goyah, termasuk menaikkan kuota alat pembiayaan kebijakan sebesar 300 miliar yuan. (Ach/Idx)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini