KNews.id- Anggota Komisi XI DPR RI Heri Gunawan mengingatkan pemerintahan Presiden Jokowi, jangan sampai berutang ke International Monetary Fund (IMF) maupun World Bank dalam memenuhi kebutuhan finansial penanganan virus corona (Covid-19).
“Ingat, ini belum krisis. Kita menghadapi situasi awal. Situasi awal ini butuh kebijakan antisipasi. Jangan dikit-dikit utang ke World Bank atau ke IMF. Gunakan daya tahan fiskal yang dibangun dari sistem keuangan negara yang dibangun selama ini,” ucap Heri Gunawan.
Korban virus corona di Indonesia terus meningkat, data di laman covid19.go.id per 27 Maret 2020, jumlah positif corona di Indonesia mencapai 1.046 kasus, sembuh 46 kasus dan 87 meninggal. Angka ini terus menanjak sejak kasus pertama di Indonesia diumumkan pada 2 Maret 2020 lalu
Politikus Gerindra itu mangakui keganasan corona telah menyebabkan perekonomian limbung. Dua indikator utama yaitu nilai tukar rupiah dan indeks IHSG turun drastis. Otoritas fiskal dan moneter pun gagap dalam mengatasinya.
Rupiah menjadi mata uang yang melemah cukup parah. Sebagai perbandingan, nilai tukar rupiah pada 2 Maret 2020 masih bertengger di Rp. 14.318 per dolar AS. Namun pada 26 Maret 2020 sudah turun menjadi Rp. 16.305 per dolar AS.
Nilai tersebut sejatinya masih lebih baik dibanding kejatuhan terdalam pada 24 Maret 2020 yang mencapai Rp16.575 per dolar AS. Sepanjang tahun ini, nilai tukar rupiah sudah anjlok 19,35%. Mengingat pada 31 Desember 2019 lalu, rupiah masih tenang di posisi Rp. 13.866 per dolar AS.
Namun demikian, kata Wakil Ketua Fraksi Gerindra DPR ini, perlu ditegaskan bahwa menguatnya rupiah pada Kamis 26 Maret 2020 bukan serta merta karena dampak kebijakan dalam negeri, tetapi karena imbas kebijakan Amerika Serikat yang menggelontorkan stimulus bantuan finansial 2 triliun dolar AS atau sekitar Rp 32.800 triliun. Sementara stimulus Indonesia yang senilai Rp158,2 triliun nampaknya belum direspon positif oleh pasar.
“Langkah heroik yang ditempuh Amerika Serikat berbanding terbalik dengan yang terjadi di Indonesia. Menghadapi corona ternyata membuat Menteri Keuangan Terbaik di dunia Sri Mulyani kalang kabut. Bahkan terkesan ada aji mumpung memanfaatkan momentum corona untuk meminjam ke IMF dan Bank Dunia,” sambung lagislator Dapil Jawa Barat IV ini.
Sebagaimana telah diumumkan, IMF menyiapkan dana 1 triliun dollar AS untuk negara-negara anggotanya yang menghadapi virus corona. Adapun Bank Dunia menyiapkan dana 14 miiliar dolla AS untuk paket pembiayaan jalur cepat bagi negara yang juga menghadapi pandemi global itu. Namun politikus yang beken disapa dengan panggilan Hergun ini mengingatkan bahaya pinjaman tersebut.
“Langkah Sri Mulyani yang akan meminjam ke IMF dan Bank Dunia sangat membahayakan Indonesia. IMF terbukti telah mengintervensi kebijakan ekonomi Indonesia saat memberi pinjaman untuk mengatasi krisis ekonomi 1997/1998. Resep ala IMF makin menjerumuskan Indonesia pada jurang keterpurukan yang makin dalam,” tegas Anggota Badan Pengkajian MPR-RI ini.
Pihaknya menyebutkan, sejatinya bila tanpa IMF dampak krisis ekonomi 1997/1998 diprediksi hanya menyebabkan pertumbuhan ekonomi turun ke level 0 persen. Tetapi karena mengikuti resep IMF angkanya amblas hingga minus 13,6 persen.
“Akankah kesalahan tersebut mau diulang kembali? Menteri Keuangan jangan dulu menggunakan bantuan IMF Dan World Bank untuk menanggulangi Covid19,” tegas anak buah Prabowo Subianto di Partai Gerindra itu.
Hergun menambahkan, saat ini Indonesia pada tahap tidak bergantung IMF dan World Bank. Hal ini sekaligus menjadi kunci kemandirian kita dan tidak terjebak pada bantuan yang sering mengikat pada kebijakan dan policy ekonomi dan politik Indonesia.
Apakah Pak Jokowi tahu Ini? Indonesia sudah berutang sebesar 300 juta USD ke Bank Dunia untuk reformasi ector keuangan dalam menjaga pertumbuhan untuk membuka peluang ekonomi baru. Disamarkan dari permasalahan akibat Covid-19?” tandasnya.(Fahad Hasan&DBS)