spot_img
Jumat, Maret 29, 2024
spot_img

Jeritan Warteg Cs terkait Bapok Mahal: Pusing Saya… Nggak Kuat!

KNews.id- Bahan pokok saat ini terus mengalami kenaikan, seperti cabai rawit, terigu, hingga sayur mayur. Sejumlah pedagang pun mengeluhkan adanya lonjakan bahan pangan itu dari hari ke hari.
Salah satunya adalah, pemilik warung tegal alias warteg di sekitar Kelapa Dua, Depok. Ia mengaku sangat pusing melihat harga bumbu masak hingga sayur mayur yang naik.

“Pusing saya. bener-bener nggak kuat beli ini itu naik semua. Waktu murah bisa beli cabai 5 kg, sekarang cuma 2 kg aja udah. Saya beli cabai rawit sekarang Rp 100 ribu, cabai hijau Rp 80 rb 2 kg, cabai merah Rp 85 ribu, kacang naik jadi Rp 15 ribu tadinya Rp 10 ribu, buncis aja naik jadi Rp 30 ribu 2 kilo. Kol tadinya Rp 7 ribu sekarang Rp 14 ribu,” katanya saat ditemui detikcom, Senin (27/6).

- Advertisement -

Pemilik warteg tersebut mengeluhkan bahwa omzetnya sejak pandemi COVID-19 pun menurun.

“Sekarang sehari omzet cuma Rp 1,2 juta, itu siang ya. Nah kalau malam Rp 800 ribu, jadi sehari cuma bisa Rp 2 jutaan aja. Padahal dulu sebelum pandemi bisa rata-rata Rp 3 juta,” ungkapnya.

- Advertisement -

Ia mengaku pusing harus bagaimana lagi menyikapi hal ini, karena dirinya harus menggaji empat karyawannya, namun tidak tega jika harus mengurangi karyawannya.

“Saya nggak berani naikkin harga, karena takut nggak bisa bersaing sama yang lain. Jadi ya kadang nombok. Mau ngurangin pegawai, ini kan pegawai saudara-saudara sendiri, jadi nggak tega kalau harus mecat lah. Jadi gak mau nggak mau kalau lagi apes ya nombok mau gimana lagi,” curhatnya.

- Advertisement -

Ia pun sangat mengharapkan bahwa pemerintah bisa melihat keadaan para pedagang UMKM seperti dirinya.

“Pemerintah tolong lah harga stabil gimana pun caranya. Harus bertugas mikirin itu, mikirn jug dong saya udah tua ngewarteg harga pada naik. Gimana nggak pusing?,” katanya.

Hal serupa dialami Leni pedagang kecil yang berjualan nasi uduk. Ia mengaku kenaikan harga cabai yang melonjak tinggi membuatnya harus bisa pintar-pintar mengolah masakannya.

Leni mengaku sehari ia mengeluarkan modal Rp 300 ribu untuk berjualan. Namun, melihat harga bapok yang naik ia pun merasakan dampaknya. Saat ini, omzet per harinya hanya Rp 200 ribu sejak pukul 06.00-11.00 pagi WIB.

“Saya kadang tiap hari nombokin. Saya nggak berani naikkin harga. Jadi, sekarang nggak bisa nyimpen uang. Mau gimana? Sedih saya kalau nggak jualan ya makannya dari apa? Suami saya aja cuma supir. Iya makanya kadang nangis,” ungkap Leni.

Leni berharap harga bahan pokok bisa kembali turun.

“Ya pemerintah tolong lah buat harganya bisa lebih turun atau stabil. Kasian buat saya yang cuma dagang nasi uduk sama warung kecil ini. Semua pada naik, tolong lah,” kata Leni.

Jeritan Pedagang Kecil Soal Bapok yang Naik: Pusing Saya.. Nggak Kuat!

Bahan pokok saat ini terus mengalami kenaikan, seperti cabai rawit, terigu, hingga sayur mayur. Sejumlah pedagang pun mengeluhkan adanya lonjakan bahan pangan itu dari hari ke hari.

Salah satunya adalah, pemilik warung tegal alias warteg di sekitar Kelapa Dua, Depok. Ia mengaku sangat pusing melihat harga bumbu masak hingga sayur mayur yang naik.

“Pusing saya. bener-bener nggak kuat beli ini itu naik semua. Waktu murah bisa beli cabai 5 kg, sekarang cuma 2 kg aja udah. Saya beli cabai rawit sekarang Rp 100 ribu, cabai hijau Rp 80 rb 2 kg, cabai merah Rp 85 ribu, kacang naik jadi Rp 15 ribu tadinya Rp 10 ribu, buncis aja naik jadi Rp 30 ribu 2 kilo. Kol tadinya Rp 7 ribu sekarang Rp 14 ribu,” katanya saat ditemui detikcom, Senin (27/6).

Pemilik warteg tersebut mengeluhkan bahwa omzetnya sejak pandemi COVID-19 pun menurun.

“Sekarang sehari omzet cuma Rp 1,2 juta, itu siang ya. Nah kalau malam Rp 800 ribu, jadi sehari cuma bisa Rp 2 jutaan aja. Padahal dulu sebelum pandemi bisa rata-rata Rp 3 juta,” ungkapnya.

Ia mengaku pusing harus bagaimana lagi menyikapi hal ini, karena dirinya harus menggaji 4 karyawannya, namun tidak tega jika harus mengurangi karyawannya.

“Saya nggak berani naikkin harga, karena takut nggak bisa bersaing sama yang lain. Jadi ya kadang nombok. Mau ngurangin pegawai, ini kan pegawai saudara-saudara sendiri, jadi nggak tega kalau harus mecat lah. Jadi gak mau nggak mau kalau lagi apes ya nombok mau gimana lagi,” curhatnya.

Ia pun sangat mengharapkan bahwa pemerintah bisa melihat keadaan para pedagang UMKM seperti dirinya.

“Pemerintah tolong lah harga stabil gimana pun caranya. Harus bertugas mikirin itu, mikirn jug dong saya udah tua ngewarteg harga pada naik. Gimana nggak pusing?,” katanya.

Hal serupa dialami Leni pedagang kecil yang berjualan nasi uduk. Ia mengaku kenaikan harga cabai yang melonjak tinggi membuatnya harus bisa pintar-pintar mengolah masakannya. Leni mengaku sehari ia mengeluarkan modal Rp 300 ribu untuk berjualan. Namun, melihat harga bapok yang naik ia pun merasakan dampaknya. Saat ini, omzet per harinya hanya Rp 200 ribu sejak pukul 06.00-11.00 WIB.

“Saya kadang tiap hari nombokin. Saya nggak berani naikkin harga. Jadi, sekarang nggak bisa nyimpen uang. Mau gimana? Sedih saya kalau nggak jualan ya makannya dari apa? Suami saya aja cuma supir. Iya makanya kadang nangis,” ungkap Leni.

Leni berharap harga bahan pokok bisa kembali turun

“Ya pemerintah tolong lah buat harganya bisa lebih turun atau stabil. Kasian buat saya yang cuma dagang nasi uduk sama warung kecil ini. Semua pada naik, tolong lah,” kata Leni. (AHM/dtk)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini