spot_img
Jumat, April 26, 2024
spot_img

Ini Alasan Bangsa Yahudi Dianggap Pintar

Terbiasa dengan Kehidupan Penuh Tantangan
Pengamat yang fokus di kajian Timur Tengah dari Universitas Indonesia, Yon Machmudi, mengatakan hidup bangsa Yahudi penuh tantangan sejak saat itu.

“Sejak saat itu mereka memutuskan fokus pada ritual dan membaca Taurat. Kehidupan yang susah dan penuh tantangan membuatnya mengejar pendidikan [ilmu pengetahuan],” kata Yon saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (20/1).

- Advertisement -

Penaklukan Romawi atas Yerusalem dan penghancuran Kuil mengubah “pusat gravitasi” Yudaisme. Dari imamat atau kepemimpinan di Yerusalem menjadi komunitas rabi dan cendekiawan yang menyebar. Artinya dari yang mulanya di kuil menjadi ruang belajar agama yang lebih luas.

Dengan tidak adanya tempat ibadah, orang-orang Yahudi berusaha menciptakan alternatif lain.

- Advertisement -

Di tengah kesulitan itu, bangsa Yahudi tetap membaca dan mempelajari Taurat. Untuk menjamin tradisi ini terus berlangsung, setiap laki-laki bertugas membekali anaknya sejak dini dengan kemampuan membaca dan menulis.

Namun, mereka menghadapi masalah lain. Untuk menanamkan melek huruf dan mengajarkan Taurat perlu biaya tinggi. Sementara itu, banyak masyarakat Yahudi berprofesi sebagai petani dan hidup miskin, demikian dikutip Haaretz.

- Advertisement -

Di masa itu, banyak orang Yahudi yang dilema: menanggung beban finansial dan pendidikan dengan berpegang teguh pada Yudaisme atau meninggalkan ajaran ini dengan demikian bisa mengurangi pengeluaran untuk literasi.

Bagi orang Yahudi yang dianggap memiliki tradisi beragama yang lemah tergoda memilih alternatif yang lebih mudah.

Dengan kata lain, sebagian orang Yahudi akan berasimilasi dan menyebabkan penyusutan populasi komunitas ini.

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini