spot_img
Jumat, April 26, 2024
spot_img

Ibarat Tabungan, CKPN BNI dapat Berubah Menjadi Laba di 2021

KNews.id- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) mencatatkan laba bersih sebesar Rp 3,3 triliun sepanjang 2020. Dalam menghadapi ketidakpastian BBNI menyertai perolehan labanya dengan rasio kecukupan pencadangan atau coverage ratio berada pada level 182,4% lebih besar dibandingkan tahun 2019 yang sebesar 133,5%.

Adapun nilai provisi alias cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang ditetapkan BBNI naik dari Rp 8,8 triliun pada 2019, menjadi Rp 22,5 triliun naik 155,6% dan menjadi yang tertinggi dalam lima tahun terakhir.

- Advertisement -

Associate Director Head of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximillianus Nicodemus dalam risetnya mengatakan penurunan laba yang dialami BBNI tidak terlepas dari pandemi Covid-19 yang membuat situasi tidak pasti dan meningkatnya cadangan hingga 155,6%. Tingginya pencadangan ini juga bisa menjadi bantalan bagi BBNI untuk menghadapi 2021 dan antisipasi risiko peningkatan kredit bermasalah.

“BBNI juga berhasil menekan biaya alias efisiensi, BNI juga berhasil meningkatkan rasio dana murah (CASA) secara tahunan menjadi 68,4%. Rasio CASA yang besar itu memberikan efek positif terhadap penurunan biaya dana alias cost of fund (CoF) BNI yang menjadi 2,6%,” kata Nicodemus dalam risetnya belum lama ini.

- Advertisement -

Sementara itu, Head of Investment PT Avrist Asset Management Tb. Farash Farich mengatakan pada 2020 BNI telah mencadangkan lebih untuk provisi di kuartal IV, sehingga rasio CKPN terhadap aset produktif bermasalah sudah dua kali dari sebelumnya 1,3 kali pada 2019. Dia menilai seharusnya tahun ini posisi BBNI lebih nyaman terutama dengan pencadangan yang sudah ditambah pada 2020.

“Jadi seharusnya aman terkait NPL dan bisa terus berjalan dengan potensi-potensi yang ada,” kata dia.

- Advertisement -

Menurutnya, perlu dicermati bila NPL BNI seiring dengan membaiknya ekonomi nasional, maka CKPN bisa berubah menjadi laba. Ibaratnya, CKPN menjadi tabungan untuk mengantisipasi pemburukan kualitas aset, namun juga bisa menjadi laba bisa kualitas aset membaik.

Dengan demikian, bila kualitas aset BNI membaik, maka peluang peningkatan laba sangat besar, selain dari pendapatan bunga dan fee based income (FBI), Sebelumnya, Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini mengatakan BNI terus beradaptasi di tengah pemulihan perusahaan tetap mampu mencatatkan perolehan laba, bahkan laba sebelum provisi dan pajak atau sebesar Rp 27,8 triliun pada akhir 2020 mendekati posisi sebelum pandemi Covid-19.

“Pada 2021, BNI akan melakukan langkah dengan lebih optimis setelah melalui tantangan cukup berat selama masa awal pandemi,” katanya.

Di tengah kondisi perekonomian yang menantang, perusahaan dapat merealisasikan pendapatan non bunga atau fee based income Rp 11,9 triliun atau tumbuh 4,5% dari periode yang sama tahun 2019, serta dapat melakukan efisiensi biaya operasional yang hanya tumbuh 2,2% YoY.

“Kedua hal ini menjadi sasaran utama perusahaan selama masa pandemi untuk meredam tekanan pendapatan bunga yang turun 4,0% YoY dalam rangka pemberian stimulus restrukturisasi kredit kepada para debitur yang terdampak oleh pandemi, serta berkontribusi pada pencapaian pertumbuhan laba sebelum provisi dan pajak (PPOP) sebesar Rp 27,8 triliun pada akhir 2020,” jelasnya. (Ade)

 

Sumber: CNBCIndonesia

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini