spot_img
Senin, April 29, 2024
spot_img

Hari Terakhir Dengan Ahmad Yani, Sebelum Terjadi G30S PKI

KNews.id – Sebelum peristiwa Gerakan 30 September 1965 ternyata Jenderal Ahmad Yani sempat melakukan wawancara bersama awak media. Dalam wawancara itu tidak pernah ada yang menyangka bahwa 30 September akan terjadi peristiwa berdarah.

Dalam peristiwa itu, Kolonel A. Latief yang merupakan Komandan Brigade Infanteri atau Brigif I Kodam V Jakarta Raya (Kodam V Jaya) terlibat karena rumahnya digunakan sebagai tempat rapat persiapan operasi.

- Advertisement -

Sedangkan Letkol Untung Sjamsuri menggerakkan pasukan untuk menculik sejumlah perwira TNI.Para perwira yang diculik itu adalah Jenderal Ahmad Yani, Mayjen R Soeprapto, Mayjen MT Haryono, Mayjen S Parman, Brigjen DI Panjaitan, dan Brigjen Sutoyo Siswomiharjo.

Yani gugur akibat ditembak oleh para penculik di kediamannya. Sedangkan Kapten Czi (Anumerta) Pierre Tendean yang menjadi ajudan Jenderal Abdul Haris Nasution ikut diculik. Sedangkan Nasution berhasil menyelamatkan diri.

- Advertisement -

Mereka yang diculik itu dituduh membentuk kelompok Dewan Jenderal dan hendak melakukan kudeta terhadap Presiden Soekarno. Para korban kemudian dibawa ke daerah Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, kemudian dieksekusi.

Jasad mereka dibuang ke dalam sebuah sumur. Mereka kemudian ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi.

- Advertisement -

Wawancara terakhir

Sebelum menjadi korban G-30-S, Ahmad Yani ternyata sempat meladeni awak media pada pagi harinya. Pada saat itu Yani dan sejumlah perwira tinggi TNI Angkatan Darat menghadiri upacara penyerahan tanda penghargaan Sam Karya Nugraha di kapal Tampomas, seperti dikutip dari surat kabar Kompas edisi 12 Oktober 1965.

Yani saat itu menjabat sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad). Pangkatnya ketika itu letnan jenderal. Dalam upacara itu Yani bertindak sebagai inspektur upacara. Tidak ada yang pernah menyangka kalau Yani dan sejumlah perwira tinggi TNI AD yang hadir pada kegiatan itu akan menjadi korban peristiwa berdarah tersebut.

Selepas upacara, Yani dan sejumlah perwira tinggi beristirahat sejenak. Akan tetapi, tidak lama kemudian Yani menyambangi para jurnalis yang diberi tugas meliput upacara itu. Yani kemudian mempersilakan para wartawan mengajukan pertanyaan kepadanya.

“Jullie boleh tanya apa saja. Akan tetapi jangan tanya soal Angkatan Kelima,” kata Yani.

Para jurnalis kemudian mengajukan berbagai pertanyaan kepada Yani. Jenderal lulusan Korps Pembela Tanah Air (PETA) itu kemudian menceritakan pengalamannya saat terlibat dalam operasi menumpas Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) di Sulawesi Utara. Bahkan Yani sempat menyapa jurnalis kantor berita Antara yang sempat meliput operasi itu.

“Jij dulu pernah ikut operasi sama saya di Manado bukan,” ujar Yani.

Itulah kenangan terakhir para jurnalis dalam mewawancarai Yani sebelum peristiwa berdarah tersebut. (Zs/Trbn)

 

 

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini