spot_img
Jumat, Maret 29, 2024
spot_img

Guru Besar ITS: Gunakan Sinovac untuk Mengatasi Covid-19, Ketergantungan Indonesia kepada RRC

KNews.id- Indonesia mengalami ketergantungan ke China atas penggunaan vaksin Sinovac dalam mengatasi Covid-19.

“Vaksinasi dengan Sinovac untuk mengatasi pandemi ini adalah keputusan politik. Ini bisa dipahami akibat ketergantungan kita pada China,” kata Guru Besar ITS Prof Daniel Mohammad Rosyid dalam artikel berjudul “Politik Kesehatan di Masa Pandemi”.

- Advertisement -

Kata Daniel, pendekatan layanan kesehatan yang kuratif sehingga menjadikan publik sebagai konsumen vaksin dan obat.

Indonesia menggunakan vaksin dari China, kata Daniel, persis yang menimpa para petani: kesehatan padi mereka tergantung pada pestisida, dan pupuk kimia. Seperti pertanian bisa dilakukan secara organik,  ada politik kesehatan yang lain: pendekatan preventif dan promotif yang berbasis masyarakat.

- Advertisement -

“Masyarakat diposisikan sebagai produsen kesehatan dengan gaya hidup sehat, mengkonsumsi diet organik, dan aktif secara fisik dan mental,” jelasnya.

Kata Daniel, Bangsa Indonesia tidak memiliki politik kesehatan, dan politik pendidikan sehingga kita tidak pernah mandiri di dua sektor strategis ini.

- Advertisement -

“Hingga perguruan tinggi, kita dipaksa untuk mengikuti norma dan standar asing yang tidak sesuai dengan jati diri kita sebagai masyarakat Pancasila yang hidup di sebuah kepulauan seluas Eropa,” papar Daniel.

Pemerintah telah memutuskan untuk membeli vaksin asing, padahal ada peluang untuk mengembangkan vaksin secara mandiri. Pandemisasi ini gagal dimanfaatkan untuk mulai membangun kemandirian kesehatan. Alasan pemerintah selalu ada : darurat.

“Kita biarkan WHO merampas kesempatan untuk memilih strategi yang lebih cocok bagi negeri yang sedang memanen bonus demografi ini. Beda sekali dengan Eropa yang ageing dan AS atau China yang benua dan beriklim dan berbudaya beda,” jelasnya.

Budaya dianggap sama sekali tidak relevan dalam manajemen risiko Covid-19.

“Ongkos ekonomi, dan sosial akibat penghambaan pada WHO mengancam bonus demografi itu menjadi bom demografi: defisit kompetensi akibat penutupan sekolah dan kampus, dan defisit mental saat masjid ditutup. Yang surplus bagi para kambing politik cuma utang dan korupsi,” pungkasnya. (AHM/SN)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini