Faizal mengatakan, kekuasaan Jokowi jauh lebih kuat dan makin mulus mengantarkan jalan kemenangan bagi kandidat pro Istana. Jokowi sebagai penguasa punya berbagai jaringan, fasilitas dan mampu menyatukan para pemodal untuk melayani hajatnya. Ihwal itu membuat banyak pihak pesimis dengan perubahan.
Kecurangan sudah dimulai dari praktek kekuasaan yang sangat otoriter. Selanjutnya, rakyat akan pasrah menghadapi perangkat KPU sebagai legitimasi kehendak penguasa. Itu rumus baku.
“Bagaimana memastikan Pemilu berlangsung demokratis, adil & transparan? Tentu bukan dengan tunda pemilu, begitu pula sebaliknya menerima pemilu yang berpotensi curang, tetap saja kalah,” tegas Faizal.
Tunda Pemilu dan Pemilu curang adalah dua lumpur hisap yang semakin menyedot energi rakyat.