KNews.id- Cendekiawan Nahdatul Ulama (NU), Ulil Abshar Abdallah mengaku sedih dan menyayangkan ada kelompok masyarakat Islam yang mengharamkan kegiatan-kegiatan tertentu, seperti musik dan membuat patung.
“Sedih sekali jika akhir-akhirnya ini ada orang-orang yang berpendapat, musik haram, patung haram, dan sebagainya. Ya boleh saja seseorang meyakini seperti itu. Itu bagian dari hak dia. Tetapi saya tetap menyayangkan. Di pesantren tradisional NU, hal-hal begini sudah selesai. Eh muncul di Islam kota. Sedih!” kata Ulil dikutip akun Twitter-nya, Rabu (29/9).
Ulil menilai, saat ini konservatif agama mulai menyusup ke TNI dan Polri. Hingga dua institusi ini berlahan balik mulai haram-haramkan sesuatu.
“Dan anehnya, konservatisme keagamaan ini kok seperti pelan-pelan menyusup ke kalangan TNI dan polisi. Ini kan kalangan abangan sebetulnya, terus berbalik jadi “santri”. Begitu mendadak jadi relijius, terus agak kebablasan, mengharamkan ini, mengharamkan itu. Amat disayangkan,” kata Gus Ulil.
Terkait dengan nada Ulil di atas, Damai Hari Lubis, Pengamat Hukum dan Politik Mujahid 212 memberikan pendapat jika dimaknai banyak menimbulkan prediksi spekulasi, di antara tangkapan signal dari pernyataan ini ada menunjukan banyak makna politis. Di antara dua makna di dalamnya adalah:
- Menyudutkan TNI
- Menyudutkan juga kaum radikal ( Islam Kaffah ) Muslim
Jika terjadi konflik antara keduanya, maka yang diuntungkan adalah kelompok pemecah belah bangsa ini, dapat menjadi antek-antek PKI atau Neo-Komunisme atau siapapun pihak yang menginginkan perpecahan pada bangsa ini lalu. Tujuannya mengambil keuntungan, kelompok divide et empera ini dapat menjadi juga negara asing yang memiliki jalinan hubungan politik dengan kelompok-kelompok domestik tertentu. (Ade)