spot_img
Jumat, April 19, 2024
spot_img

Bikin Ngeri, Sebanyak Empat Skenario Akhir Konflik antara Rusia dan Ukraina

KNews – Bikin ngeri, sebanyak 4 skenario akhir dari konflik Rusia-Ukraina. Konflik Rusia dan Ukraina kini telah memasuki minggu kedua. Meski telah melalui beberapa kali perundingan, jalan tengah belum juga didapatkan. Akhir dari perang antara Rusia dan Ukraina sempat diramalkan skenarionya.

Mitchell Orenstein seorang profesor dan ketua studi Rusia dan Eropa Timur di Universitas Pennsylvania menjelaskan mengenai skenario yang mungkin terjadi untuk mengakhiri perang.

- Advertisement -

Skenario pertama, Rusia mungkin akan berhasil merebut Ukraina, tetapi Putin akan mendapat pemberontakan yang besar yang mungkin tidak akan mudah untuk dihadapi.

Kemungkinan pemberontakan juga akan menyebabkan ketidakstabilan dalam jangka Panjang.

- Advertisement -

Skenario kedua, Putin mungkin akan menawarkan solusi yang ‘agak’ lebih diterima oleh barat, seperti misalnya mengambil sebagian wilayah Ukraina yang diinginkan, dan melepaskan sisa wilayah yang lain. Hal ini serupa dengan rekonstruksi di era perang dingin.

Skenario ketiga, Putin mungkin tidak lagi menjadi pemimpin Rusia.

- Advertisement -

Melihat kondisi bahwa sebenarnya kekuatan militer Rusia lebih lemah dari yang diperkirakan, belum lagi ditambah oligarki yang menolak perang, serta ribuan orang yang turun ke jalan untuk mengutuk perang ini.

Jika Putin tak lagi berkuasa, ia bisa digantikan oleh orang yang memiliki tujuan berbeda serta tidak menolak negara-negara barat.

Skenario yang terakhir, adalah perang dunia III sebagai akhirnya. Hal ini mungkin terjadi jika Rusia terus melakukan invasi dan menewaskan lebih banyak orang lagi. Serangan yang terus menerus bisa memicu barat dan NATO untuk turut terlibat dalam konflik ini.

Tetapi, pendapat berbeda datang dari Igor Lukes, seorang profesor sejarah dan hubungan internasional dari Universitas Boston.

Ia menjelaskan bahwa invasi Rusia ke Ukraina saat ini memiliki kemiripan dengan invasi Rusia ke Cekoslovakia pada tahun 1968. Ia menjelaskan bahwa pergerakan Rusia yang tampak lemah merupakan sebuah strategi untuk mengelabui barat agar dianggap lemah.

Sehingga, Rusia bisa menempatkan pemimpin boneka pro Rusia untuk menggantikan Zelensky. Persis seperti strategi saat Rusia menginvasi ceko.

“Saya khawatir ini akan terjadi pada Ukraina, mungkin akan ada perlawan dari rakyat Ukraina jika pemimpin boneka dipasang. Tapi, saya rasa pada akhirnya kekuatan akan menang,” ucap Lukes seperti dikutip Hops.id dari laman The Boston Globe.

Perlu diketahui bahwa saat Rusia menginvasi Cekoslowakia tahun 1968, butuh berbulan-bulan untuk menempatkan pemerintah pro Rusia di sana. Rusia dinilai sangat sabar untuk dapat memiliki kendali penuh di negara tersebut. (RKZ/hops)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini