spot_img
Kamis, April 25, 2024
spot_img

Begini Kinerja Investasi SWF yang Didirikan Jokowi

KNews – Begini kinerja investasi SWF yang didirikan Jokowi. Indonesia resmi memiliki Sovereign Wealth Fund (SWF) sejak pertengahan Desember 2020. Lembaga yang dinamai Indonesia Investment Authority (INA) tersebut resmi didirikan pada 15 Desember 2020.

Sudah lebih dari 1 tahun beroperasi, bagaimana kinerja investasi dan keuangan dari INA? Simak ulasan berikut!

- Advertisement -

Mengacu pada laporan keuangan auditan lembaga investasi pada akhir tahun 2021, INA memiliki total aset senilai Rp 79,22 triliun.

Sebesar Rp 63,6 triliun atau 80% dari total aset INA ditempatkan di obligasi pemerintah (Rp 14,8 triliun) dan efek bersifat ekuitas (Rp 48,8 triliun).

- Advertisement -

Jumlah aset tersebut hampir setara dengan modal (ekuitas) INA yang mencapai Rp 79,1 triliun. Modal INA diperoleh dari setoran pemerintah berupa setoran tunai dan saham senilai Rp 75 triliun.

Mengacu pada laporan keuangan auditan, INA telah memperoleh setoran modal dari pemerintah senilai Rp 15 triliun pada Februari 2021.

- Advertisement -

Kemudian per November 2021, pemerintah menambah setoran modal senilai Rp 15 triliun. Sisanya sebesar Rp 45 triliun didapat dari pengalihan saham seri B bank pelat merah yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI).

Dengan transfer kepemilikan saham dari pemerintah ke INA tersebut, kini lembaga pengelola invetasi negara tersebut telah mengempit 8% saham BMRI dengan nilai perolehan Rp 22,7 triliun dan 3,73% saham BBRI dengan nilai Rp 22,3 triliun.

Hingga akhir Desember 2021, INA mencatatkan pendapatan senilai Rp 580,4 miliar. Pendapatan ini diperoleh dari pembayaran kupon obligasi pemerintah maupun bunga obligasi senilai Rp 554,7 miliar.

Sementara itu keuntungan dari perubahan nilai wajar aset keuangan baik ekuitas maupun pendapatan tetap hingga pasar uang mencapai Rp 112,6 miliar. Pajak yang ditanggung INA tercatat sebesar Rp 88,3 miliar.

Selanjutnya, beban investasi INA yang digunakan untuk studi kelayakan, uji kelayakan, pembentukan platform hingga kustodian mencapai Rp 44,6 miliar.

Beban operasional INA tercatat mencapai Rp 276,5 miliar dan beban keuangan yang datang dari amortisasi premi obligasi serta amortisasi liabilitas sewa mencapai Rp 26,3 miliar.

Setelah dikurangi dengan kerugian selisih kurs dan beban pajak, INA berhasil membukukan laba bersih senilai Rp 231,2 miliar tahun 2021.

Memang INA baru seumur jagung dan karenanya masih kalah jauh dengan SWF negara-negara lain dari segi aset kelolaan dan nominal return yang dibukukan.

Namun ke depannya INA menargetkan untuk berinvestasi di aset riil di berbagai sektor mulai dari infrastruktur, supply chain dan logistik, infrastruktur digital, investasi hijau, jasa kesehatan, jasa keuangan, konsumen dan teknologi hingga pariwisata. (RKZ/cnbc)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini