spot_img
Jumat, April 26, 2024
spot_img

AS Lepas Tangan terkait Perang Taliban dan Afghanistan

KNews.id- AS lepas tangan soal perang Taliban-Afghanistan, Pentagon: kami tak bisa berbuat banyak! Pada akhir Agustus 2021 ini, militer Amerika Serikat (AS) benar-benar angkat kaki dari Afghanistan yang telah didudukinya selama hampir dua dekade.

AS sendiri secara resmi menyatakan tidak bisa ikut campur terlalu banyak terkait peperangan antara militer Afghanistan dan milisi Taliban yang terus meningkat. AS menyatakan, saat ini keputusan untuk mempertahankan diri dari serangan Taliban sepenuhnya ada di tangan pemerintah Afghanistan.

- Advertisement -

Juru Bicara Kementerian Pertahanan AS di Pentagon, John Kirby menyebut mereka memang prihatin terhadap kondisi di Afghanistan yang memburuk lantaran konflik bersenjata. Kenati demikian, menurut pihaknya, angkatan bersenjata Afghanistan mampu melawan gerilyawan Taliban.

“Mereka punya angkatan bersenjata, itu adalah ibu kota provinsi (Kabul) mereka, rakyat mereka yang harus mempertahankannya dan para pemimpinnya harus memperlihatkan sikap apakah mereka berniat melakukannya saat ini,” imbuh Kirby dalam jumpa pers di Washington, seperti dilansir Reuters via CNNIndonesia, Selasa 10 Agustus 2021.

- Advertisement -

Saat dikonfirmasi wartawan terkait apa yang bisa dilakukan militer AS jika militer Afghanistan terus takluk dari pertempuran versus Taliban, Kirby mengatakan AS tidak bisa berbuat banyak.

Sumber yang merupakan seorang pejabat pemerintah AS menyebutkan, angkatan bersenjata sudah memperingatkan Presiden Joe Biden awal tahun ini, Taliban bakal merebut sejumlah ibu kota provinsi Afghanistan ketika mereka mulai menarik mundur pasukan. Kendati begitu, AS terkejut lantern tidak memperkirakan Taliban bisa menduduki sejumlah ibu kota provinsi di Afghanistan secepat itu.

- Advertisement -

Kementerian Luar Negeri AS menyatakan, mereka mengirim utusan khusus untuk Afghanistan, Zalmay Khalilzad ke Qatar guna mencoba menekan Taliban agar menghentikan serangan dan membuat kesepakatan politik. Taliban saat ini menduduki tujuh ibu kota provinsi melalui pertempuran dengan militer Afghanistan.

Mereka menguasai Taluqan, ibu kota provinsi Takhar; Sar-e-Pul, ibu kota Provinsi Sar-e-Pul; Kunduz, ibu kota provinsi Kondoz, Sheberghan, ibu kota provinsi Jawzan; Zaranj, ibu kota provinsi Nimruz, Aibak, ibu kota provinsi Samangan; dan Lashkar Gah, ibu kota provinsi Helmand.

Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace mengatakan, kesepakatan damai antara AS dan Taliban tercapai pada 2020 lalu, dinilai tidak menguntungkan. Pasalnya, Presiden AS saat itu, Donald Trump tidak mengabulkan usulan Inggris dan sejumlah negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) agar tetap menyiagakan pasukan setelah AS memulangkan prajurit mereka.

“Beberapa mengatakan, mereka (AS) sebenarnya mau namun parlemen mereka tidak setuju. Oleh karena itu, AS sebagai penggagas utama kesepakatan langsung menutup pilihan itu,” ungkap Wallace.

Pemerintah Jerman sebagai salah satu anggota NATO juga menolak permintaan untuk mengirimkan kembali pasukan mereka ke Afghanistan, setelah Taliban menguasai Kunduz. Pasalnya, pasukan Jerman ditugaskan menjaga kota itu selama satu dasawarsa saat terlibat operasi militer di Afghanistan.

Saat ini pasukan khusus Afghanistan menggelar serangan untuk kembali merebut Kota Kunduz dari tangan Taliban. Penduduk di Kota Kunduz mulai mengungsi guna menyelamatkan diri dari pertempuran antara milisi Taliban dan pasukan pemerintah Afghanistan. (Ade/trkn)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini