KNewsd.id – Jakarta – Amerika Serikat akhirnya turut campur dalam perang Iran-Israel. Pada Sabtu, 21 Juni 2025, Amerika Serikat menyerang tiga fasilitas nuklir Iran yakni di Fordow, Natanz, dan Isfahan.
Dikutip dari Al Jazeera, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengklaim serangan itu berhasil menghancurkan fasilitas nuklir dan mengancam serangan lebih lanjut bila Iran tidak segera berdamai. Banyak pihak di dunia internasional mengecam tindakan Amerika Serikat ini, sekaligus menyerukan agar semua pihak menahan diri dan segera menempuh jalur diplomasi.
Iran dan Israel
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi dalam pernyataannya menyebut bahwa serangan AS merupakan pelanggaran berat terhadap Piagam PBB, hukum internasional, dan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT).
“Setiap anggota PBB harus khawatir terhadap perilaku kriminal dan berbahaya ini,” kata Araghchi sambil menekankan bahwa Iran berhak melindungi kedaulatan dan warganya.
Sebaliknya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memuji langkah Presiden Trump. Ia menyebut bahwa program nuklir Iran adalah ancaman eksistensial dan Trump telah bertindak untuk menyingkirkan senjata paling berbahaya dari rezim paling berbahaya.
Kecaman PBB
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan bahwa dunia berada di ambang konflik besar. “Saya sangat khawatir atas penggunaan kekerasan oleh Amerika Serikat terhadap Iran. Ini eskalasi berbahaya di kawasan yang sudah tegang,” kata Guterres.
Ia menegaskan bahwa jalan terbaik adalah diplomasi dan de-eskalasi untuk menghindari bencana kemanusiaan.
Dari Palestina, Hamas mengecam keras agresi AS, dan menyebutnya sebagai pelanggaran hukum internasional dan bentuk “kepatuhan buta” terhadap kepentingan Israel. Kelompok itu menegaskan solidaritasnya dengan Iran dan mendesak dunia Islam melawan kesombongan Zionis-Amerika.
Arab Saudi dan Oman
Sejumlah negara Arab dan kawasan Timur Tengah langsung merespons serangan ini. Arab Saudi dan Qatar menyatakan keprihatinan yang besar dan meminta semua pihak menahan diri. “Kerajaan meminta masyarakat internasional berupaya meredakan ketegangan,” kata pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Saudi dikutip dari laman APNews.
Oman, yang selama ini menjadi mediator perundingan nuklir, mengecam keras serangan Amerika Serikat dan memperingatkan bahwa dampaknya bisa sangat berbahaya. Irak bahkan memperingatkan bahwa ketegangan ini bisa mengguncang stabilitas Timur Tengah secara keseluruhan dan berisiko memicu konflik lebih luas.
Negara-negara Eropa
Di Eropa, Uni Eropa dan Inggris kompak menyerukan diplomasi. PM Inggris Keir Starmer mengatakan Iran harus kembali ke meja perundingan dan bahwa program nuklirnya tetap ancaman global.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, meminta semua pihak untuk menahan diri dan kembali ke pembicaraan damai sembari menegaskan bahwa tidak ada solusi militer untuk konflik ini.
Negara-negara Asia
Sementara itu, dari Asia-Pasifik, baik Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru turut menyerukan langkah perdamaian atau diplomasi dikarenakan kekhawatiran atas dampak konflik ini yangmeluas hingga ke sektor energi dan keamanan warga mereka. Pemerintah Jepang bahkan mengadakan rapat darurat untuk melindungi warga dan memastikan pasokan energi tetap aman.
Sementara itu, komentar media pemerintah Cina memperingatkan bahwa Amerika Serikat tampaknya mengulangi kesalahan di Irak, yakni memulai konflik panjang di Timur Tengah. “Intervensi militer di Timur Tengah selalu membawa dampak buruk,” ujar CGTN, stasiun televisi berbahasa asing milik Tiongkok.
Venezuela dan Kuba
Venezuela dan Kuba secara tegas mengutuk serangan ini. Presiden Kuba Miguel Diaz-Canel menyebutnya sebagai eskalasi berbahaya dan pelanggaran serius Piagam PBB. Pemerintah Venezuela pun meminta agar permusuhan segera dihentikan dan mengecam keras peran Amerika Serikat.
Tanggapan Dalam Negeri Amerika Serikat
Di dalam negeri Amerika Serikat, pro kontra muncul setelah serangan itu. Politisi Partai Demokrat, Hakeem Jeffries, menuduh Trump membawa Amerika ke ambang perang baru dan melangkahi kewenangan Kongres.
Organisasi advokasi seperti Council on American-Islamic Relations (CAIR) menyebut serangan ini ilegal dan tidak bisa dibenarkan, bahkan mendesak Pemerintah Amerika Serikat menahan diri. Sebaliknya, American-Israel Public Affairs Committee (AIPAC) memuji langkah Trump dan mendesak AS melindungi kepentingan dan sekutunya di kawasan.