spot_img
Sabtu, April 20, 2024
spot_img

AS dan Rusia Sempat Memanas, Begini Kesepakatan G20 terkait Perang

KNews – AS dan Rusia sempat memanas, begini kesepakatan G20 soal perang. Pertemuan ketiga Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (Finance Minister Central Governance/FMCBG) kelompok negara G20 telah berakhir pada Sabtu (16/7/2022) di Nusa Dua, Bali.

Dalam dokumen resmi Chair’s Summary hasil pertemuan ketiga FMCBG yang diterima CNBC Indonesia, dijelaskan pemulihan ekonomi global telah melambat dan mengalami kemunduran besar.

- Advertisement -

“Sebagai akibat dari perang Rusia melawan Ukraina, yang dikecam keras dan menyerukan diakhirinya perang,” tulis dokumen tersebut, dikutip Minggu (17/7/2022).

Dijelaskan pula, salah satu negara anggota menyatakan pandangan bahwa sanksi yang dilayangkan kepada Rusia menambah tantangan yang ada. Kendati demikian, tak disebut siapa salah satu negara yang dimaksud.

- Advertisement -

Para delegasi G20 mencatat, tantangan yang ada telah diperburuk, termasuk ketidaksesuaian supply-demand, gangguan pasokan, dan peningkatan harga komoditas dan energi, yang telah menambah tekanan inflasi yang meningkat dan berkontribusi pada peningkatan risiko kerawanan pangan.

Sebelumnya, Menteri Amerika Serikat (AS) Janet Yellen melontarkan pernyataan keras, yang menyebut Rusia tidak punya tempat dalam pertemuan G20.

- Advertisement -

“Tindakan Rusia bukanlah tindakan pemerintah yang sesuai norma dan hukum internasional, perwakilan dari rezim Putin tidak memiliki tempat dalam forum ini, kami berdiri teguh dengan rakyat Ukraina dan saya berharap akan menyambut menteri keuangan Ukraina untuk G20 pertemuan besok,” kata Yellen beberapa waktu lalu.

Adapun dalam laporan Global Economic Prospects edisi Juni 2022, Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2022 menjadi 2,9% dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 4,1%.

IMF bahkan membuka kemungkinan untuk memangkas proyeksi ekonomi global pada 2022 dan 2023.

Perkembangan itu akan disampaikan dalam Outlook Ekonomi Dunia akhir bulan nanti. Adapun pada April lalu, IMF memperkirakan ekonomi global tumbuh 3,6%.

Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva menyatakan untuk menghadapi situasi ini, perlu intervensi kebijakan yang lebih kuat guna mencegah dampak yang lebih buruk, terutama terhadap negara-negara berkembang.

Negara-negara dengan tingkat utang yang tinggi dan ruang kebijakan yang terbatas akan menghadapi tekanan tambahan. (RKZ/cnbc)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini