spot_img
Jumat, November 7, 2025
spot_img
spot_img

WIKA Masih Tunggu Kepastian Pembayaran Klaim Rp5,01 Triliun Atas Cost Overrun Proyek KCJB atau Whoosh

KNews.id – Jakarta, Emiten konstruksi pelat merah, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) masih menunggu kepastian pembayaran klaim senilai Rp5,01 triliun atas proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) atau Whoosh.

Klaim itu tercatat dalam laporan keuangan konsolidasian WIKA per 30 September 2025 sebagai piutang dalam penyelesaian kontrak (PDPK), yang diajukan kepada PT Kereta Cepat Indonesia (KCIC) selaku pemilik proyek.

- Advertisement -

Dalam laporan keuangan WIKA disebutkan nilai itu merupakan klaim atas cost overrun yang muncul selama pembangunan proyek KCJB. Namun, sampai dengan saat ini, klaim itu masih dalam proses negosiasi antarpihak.

“Sampai dengan tanggal otorisasi laporan keuangan konsolidasian, klaim tersebut masih dalam proses negosiasi. Manajemen akan melanjutkan upaya klaim melalui arbitrase pihak ketiga,” tulis WIKA dalam laporan keuangannya.

- Advertisement -

Adapun proyek KCJB dikerjakan melalui Kerja Sama Operasi (KSO) antara WIKA dengan sejumlah kontraktor asal China, yakni China Railway International (CRIC), China Railway Design (CRDC), China Railway Engineering Corporation (CREC), dan China Railway Signal & Communication (CRSC).

Di sisi lain, klaim Rp5 triliun tersebut menambah daftar beban WIKA di tengah tekanan kinerja keuangan yang dihadapi. Sepanjang Januari-September 2025, emiten BUMN Karya ini tercatat menderita rugi bersih sebesar Rp3,21 triliun atau berbalik dari laba Rp741,43 miliar pada periode sama tahun lalu.

Direktur Utama Wijaya Karya, Agung Budi Waskito, menyatakan upaya peningkatan fundamental dan perolehan dukungan dari stakeholders menjadi faktor penting di tengah kondisi menantang industri infrastruktur saat ini. Menurutnya, langkah inovasi dan transformasi diperlukan untuk mencapai fundamental keuangan yang kuat.

Adapun dukungan pemangku kepentingan dinilai penting agar proses penyehatan dapat berjalan optimal. “Kami aktif membangun komunikasi yang intensif dengan stakeholders kami, karena diperlukan dukungan dari seluruh pihak agar langkah penguatan dan penyehatan ini dapat berjalan dengan baik,” ucap Agung, Jumat (31/10/2025).

Di sisi lain, pemerintah melalui Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara Indonesia tengah mempercepat restrukturisasi BUMN Karya untuk memperbaiki struktur keuangan dan memperkuat daya saing sektor konstruksi.

Chief Operating Officer (COO) Danantara Indonesia, Dony Oskaria, sebelumnya menegaskan bahwa langkah restrukturisasi dan konsolidasi BUMN konstruksi akan dipercepat agar perusahaan pelat merah kembali sehat secara keuangan.

- Advertisement -

“Holding karya ini sedang kami proses, sedang lihat pilihan-pilihan untuk dilakukan merger nantinya. Kami ingin perusahaan-perusahaan karya kita menjadi sehat,” ujar Dony pada medio September 2025.

Penyelesaian Utang Kereta Cepat Holding operasional Danantara Indonesia, PT Danantara Asset Management (Persero) juga terus menyiapkan opsi strategis guna mengurai persoalan utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh. Berdasarkan catatan Bisnis, proyek Whoosh telah menelan biaya investasi sekitar US$7,2 miliar.

Mayoritas atau 75% proyek ini dibiayai melalui pinjaman dari China Development Bank (CDB) dengan bunga sebesar 2% per tahun.  Nilai tersebut mengalami pembengkakan biaya atau cost overrun hingga US$1,2 miliar dari target awal biaya proyek yang dipatok sebesar US$6 miliar.

Dalam skema sebelumnya, sebanyak 60% dari pembengkakan biaya atau sekitar US$720 juta akan dibayarkan oleh konsorsium dari Indonesia, sedangkan 40% sisanya atau sekitar US$480 juta ditanggung oleh konsorsium China.

Dony menyatakan negosiasi terkait dengan pinjaman masih terus berlangsung, termasuk soal jangka waktu, suku bunga, dan denominasi mata uang. Menurutnya, keputusan akhir akan dipilih berdasarkan opsi dengan manfaat terbesar dan menjaga operasional PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).

“Mengenai penyelesaian keuangan, menurut saya itu kan hanya opsi saja, tetapi yang paling penting kami sampaikan kepada masyarakat bahwa secara operasional, KCIC itu sudah membukukan positif secara operasional,” ujarnya usai rapat di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (23/10/2025).

KCIC selaku pengelola kereta cepat Whoosh, merupakan perusahaan patungan antara China dan konsorsium BUMN Indonesia yang diwakili oleh PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dengan kepemilikan saham 60%. Mayoritas saham PSBI dimiliki oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero).

Sebagai tindak lanjut, Dony menyebut akan berangkat ke China untuk menyelesaikan negosiasi terkait dengan restrukturisasi utang proyek Whoosh. Meski tidak memerinci kapan pertemuan akan berlangsung, dia menyatakan tim negosiator akan mencakup pemerintah dan Danantara. Saat kunjungan, Indonesia akan menyajikan data sekaligus opsi restrukturisasi utang terbaik.

“Nah nanti negosiasinya tentu pemerintah juga terlibat dalam negosiasi. Tapi yakinlah, percayakan bahwa ini akan menjadi hasil yang terbaik,” ucap Dony. Dihubungi terpisah, Associate Director BUMN Research Group FEB UI, Toto Pranoto, memandang bahwa restrukturisasi melalui perpanjangan tenor pinjaman bisa menjadi salah satu alternatif dalam penyelesaian Whoosh.

Namun, dia juga menilai bahwa opsi lain yang dapat dijajaki adalah mencari investor strategis baru yang mampu menopang beban konsorsium pelat merah.

“Opsi lain bagi Whoosh adalah mencari investor strategis baru yang dapat mengambil sebagian dari 60% saham PSBI di KCIC, sehingga beban utang pihak Indonesia dapat berkurang,” ucap Toto

(FHD/BC)

Berita Lainnya

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti
- Advertisement -spot_img

Terkini