spot_img
Rabu, April 24, 2024
spot_img

Teroris dan Radikalis Adanya di Papua bukan di Pesantren dan Masjid

Oleh: Tarmidzi Yusuf (Pegiat Dakwah dan Sosial)

KNews.id- Sedih, tersinggung dan marah saat membaca berita media online. Rencana pemetaan masjid dalam upaya pencegahan radikalisme dan 198 pesantren terafiliasi dengan sejumlah jaringan teroris. Tega dan kejamnya sesama anak bangsa! Sudah enam laskar FPI dibantai dan dibunuh secara sadis. Masih juga bilang Islam teroris. Kita sakit hati! Oligarki neo komunisme tepuk tangan.

- Advertisement -

Sedih karena Indonesia negara mayoritas Islam tapi Islam dikuyo-kuyo. Tersinggung. Mengapa Islam selalu menjadi sasaran. Sementara tentara dan polisi bersih-bersih tempat peribadatan agama lain. Ada apa dengan rezim Indonesia hari ini? Adakah hubungannya dengan proyek Islamphobia dan pengalihan isu agenda besar oligarki neo komunisme? Marah.

Pejabat yang mengatakan pesantren dan masjid terafiliasi teroris dan radikalis ternyata KTPnya Islam. Ummat Islam tidak bisa berbuat apa-apa saat dituduh pesantren dan masjid sarang teroris, radikal, intoleran dan berbagai stigma buruk lainnya. Kok mau diadu domba. Menggilanya stigmatisasi Islam dengan teroris, radikal dan intoleran tujuh tahun terakhir karena diamnya orang-orang baik. Diam cermin selemah-lemahnya iman.

- Advertisement -

“Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” [HR. Muslim No. 49] Diam tidak berbuat apa-apa itu apakah karena sabar atau takut? Beda-beda tipis antara takut dan sabar.

Hanya bisa mengelus dada sambil hati dan pikiran membuncah. Mengepal tangan sebagai simbol perlawanan. Cuma sebatas mengepalkan tangan di jalanan sambil teriak-teriak meluapkan emosi dan amarah. Aku, dikau dan kita yang beragama Islam hampir tak ada perlawanan sama sekali saat tuduhan-tuduhan itu dilontarkan oleh pejabat yang nota bene beragama Islam. Islam abal-abal yang dibutuhkan saat lahir, khitan, nikah dan mati! Di luar itu beraturan hidup ala partai setan iblis. Kita mayoritas secara jumlah ternyata minoritas secara kualitas.

- Advertisement -

Saat agama dikuyo-kuyo. Dihina-hina. Tidak bisa berbuat apa-apa. Sementara di Papua ada kelompok kriminal bersenjata (KKB) dianggap saudara walau banyak prajurit TNI dan polisi berguguran. Ditumbalkan demi ambisi pangkat dan jabatan yang tak dibawa mati.

“Hiduplah sesukamu karena sungguh engkau pasti MATI. Cintailah siapa pun yang engkau suka karena sungguh kalian pasti BERPISAH. Berbuatlah sesukamu karena sungguh engkau pasti menemui (balasan) perbuatanmu itu.” (HR. al-Baihaqi) Gerakan separatis Papua Merdeka yang nyata-nyata ingin memisahkan diri dari NKRI tidak dianggap sebagai teroris.

Justru dianggap sebagai saudara. Lain halnya dengan ummat Islam yang berdarah-darah merebut kemerdekaan negeri ini dari penjajah Portugis dan Belanda dianggap sebagai teroris dan radikal yang harus ditumpas. Politik belah bambu oligarki neo komunisme menuju Indo China Raya. “Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu.

Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.” (QS. al-Anfal: 30). (AHM/SN)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini