spot_img
Selasa, April 23, 2024
spot_img

Terkait Penundaan Pemilu 2024, Jokowi Itu Politisi bukan Orang Culun!

KNews.id- Presiden Joko Widodo (Jokowi) seorang politisi bukan orang culun yang terlihat simpatik terhadap rakyat. Politisi biasa melakukan manuver untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan “Jokowi adalah politisi. Ia bukan orang culun dari kalangan bawah yang tampak simpatik untuk menolong rakyat. Silakan baca buku “Man of Contradictions: Joko Widodo and the Struggle to Remake Indonesia” yang ditulis oleh Ben Bland,” kata wartawan senior Agustinus Edy Kristianto dalam artikel berjudul “Penundaan Pemilu – Perpanjangan Masa Jabatan”

Kata Agustinus, politisi bermanuver, itu lumrah. Mereka mau ngomong apa saja soal penundaan pemilu/perpanjangan masa jabatan Jokowi, silakan saja.

- Advertisement -

“Asalkan, kita korting 99% ucapannya. Kemungkinan tipuannya bisa jauh lebih berbahaya daripada afiliator trading ilegal,” ungkapnya.

Agustinus mengatakan, Jokowi adalah Mulyono (nama kecilnya). Mulyono sosok yang tidak tahu bagaimana sebetulnya ekonomi hendak dikembangkan.

- Advertisement -

“Mulyono tidak suka analisis. Dia menyukai aksi dan keputusan. Kata Bland, tidak ada analisis yang layak proyek infrastruktur mana yang akan meroketkan produktivitas dan pertumbuhan. Ia mendorong proyek berdasarkan tempat yang dia datangi saja,” jelasnya.

Kata Agustinus, ada tiga skenario kemungkinan perpanjangan masa jabatan Presiden Jokowi.

- Advertisement -

“Pertama, Jokowi mau tapi bersembunyi dan memanfaatkan tangan orang lain untuk melakukannya. Kedua, Jokowi tidak mau tapi orang-orang sekeliling yang selama ini mendapatkan kemapanan di bawah pohon kekuasaan mendorongnya untuk mau. Ketiga, baik Jokowi maupun orkes melayu rindu order di sekelilingnya itu sepakat untuk mau,” ungkapnya.

Kemauan memperpanjang jabatan presiden yang tadinya sebatas obrol-obrolan/gagasan termanifestasi menjadi kenyataan. Telah terjadi aksi mewujudkan kemauan itu. Buktinya tukang cendol di Sidoarjo mengaku dibayar Rp200 ribu untuk menyuarakan Jokowi tiga periode (Tempo.co).

“Alasan perpanjangan masa jabatan yang selama ini didengungkan, misalnya, demi kesinambungan kerja, pemulihan ekonomi, dan busa-busa lainnya, otomatis gugur. Sebab, alasan itu diwujudkan dengan cara-cara yang patut diduga manipulatif. Itu bukan keinginan murni masyarakat yang merasakan manfaat besar atas kerja pemerintahan Jokowi melainkan karena bayaran! Di bawah presiden baik, nyatanya terjadi cara-cara berpolitik yang manipulatif,” ungkapnya.

Menurut Agustinus, memperpanjang masa jabatan adalah ide basi yang masuk kotak. Jangankan diperpanjang, berhenti sekarang pun belum tentu bisa cepat memulihkan kerusakan.

“Sebab, yang kita hadapi sekarang adalah revolusi mental ala presiden yang justru berpotensi kuat merusak mental bangsa ini: orang tidak hidup dengan mata terbuka, terbuai ilusi karena pencitraan para pejabat, nepotisme dan benturan kepentingan dalam proyek-proyek pemerintahan, jilat pantat demi meraih jabatan, kehilangan daya kritis terhadap masalah kebijakan publik, mimpi kemewahan yang didorong crazy rich abal-abal yang mendorong keserakahan dan budaya instant, politik becah-belah karena sentimen SARA (menuding radikal/teroris dsb),” pungkasnya. (AHM/SN)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini