spot_img

Tanggapi Raja Juli, Ketua Takmir Masjid UGM: Bedakan Politik Praktis dan Pendidikan Politik

KNews.id – Jakarta, Ketua Takmir Masjid Kampus Universitas Gajah Mada (UGM), Mohamad Yusuf, menegaskan bahwa pembicaraan soal politik tidak dilarang di masjid kampus. Pernyataan ini disampaikan Yusuf menanggapi komentar Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, yang menyindir ceramah Anies Baswedan di Masjid Kampus UGM pada Senin (3/3/2025).

Dalam unggahan di akun Twitternya, Raja Juli mempertanyakan isi ceramah tersebut yang dianggap penuh sindiran politik. Di sisi lain, Yusuf justru menilai Anies dalam ceramahnya hanya memberikan pendidikan poilitik terkait kondisi negara.  “Harus bisa dibedakan politik praktis dengan pendidikan politik,” kata Yusuf.

- Advertisement -

Yusuf sepakat Masjid Kampus UGM tak boleh terlibat dalam politik praktis berupa dukungan tertentu kepada salah satu calon yang berkontestasi dalam pemilu. Itu lah sebabnya, pada tahun lalu, Masjid UGM tak mengundang Anies, Ganjar Pranowo serta Mahfud MD yang berstatus sebagai kontestan di Pilpres 2024.

“Tahun lalu, Pak Mahfud, Pak Ganjar, Pak Anies tidak kami undang, karena kami tidak ingin bicara politik praktis,” ujarnya.  Namun kini ketiga tokoh itu diundang untuk menjadi pembicara pada kegiatan Ramadhan di Kampus (RDK), karena dianggap mempunyai kapasitas.

- Advertisement -

Membangun nalar kritis 

Yusuf menekankan, masjid yang berada di lingkungan akademik seperti di UGM tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga ruang diskusi dan pembangunan nalar kritis. “Jadi kampus itu kan salah satu aspek utamanya adalah pembangunan nalar kritis bagi civitas akademika.

Nah, saya pikir konsep itu juga diemban oleh masjid, karena dia ada di lingkungan kampus,” katanya. Ia juga menegaskan bahwa kritik terhadap kebijakan negara, baik eksekutif, legislatif, maupun yudikatif, adalah hal yang wajar di lingkungan akademik.

“Ketika ada topik yang disampaikan oleh pembicara yang arahnya mengkritisi kebijakan negara, kebijakan negara itu bukan hanya pemerintah, tetapi juga kebijakan legislatif, kebijakan yudikatif, menurut saya itu hal yang wajar. Karena itu bagian dari membangun nalar kritis di kampus, salah satunya melalui masjid,” tegasnya.

Tradisi Intelektual di Masjid Kampus UGM Lebih lanjut, Yusuf menjelaskan bahwa Ramadhan di Kampus (RDK) UGM sudah menjadi tradisi selama puluhan tahun. Masjid Kampus UGM tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga sebagai ruang diskusi intelektual yang membahas berbagai aspek sosial dan kebijakan.

Ia menegaskan bahwa pemilihan pembicara tidak berdasarkan ketokohan, tetapi lebih kepada kapasitas mereka dalam membawakan materi yang relevan dengan tema yang diusung.

“Jadi sekali lagi, kami tidak melihat ketokohannya, ketokohan itu nomor sekian, tapi kami melihat kapasitas beliau untuk menyampaikan materi yang kami usulkan, topik yang kami usulkan,” pungkasnya.

- Advertisement -

(FHD/Kmp)

Berita Lainnya

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti
- Advertisement -spot_img

Terkini