KNews.id – Jakarta – Nilai tukar rupiah diproyeksikan akan melemah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini. Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana mengatakan hal ini dipicu beberapa faktor global.
“Kemungkinan rupiah terdepresiasi ke level Rp 16.650 per dolar AS. Faktornya karena masih berlanjutnya ketidakpastian akibat shutdown pemerintah Amerika Serikat (AS) yang berlanjut,” kata Fikri, Jumat (24/10).
Tak hanya itu, rilis data inflasi Amerika Serikat pada September 2025 juga berpengaruh. Fikri menyebut ada kemungkinan inflasi AS meningkat ke level 3,1% secara tahunan pada periode tersebut.
Berdasarkan data Bloomberg pagi ini rupiah dibuka melemah pada level Rp 16.620 per dolar AS. Angka ini turun delapan poin atau 0,05% dari penutupan sebelumnya.
Di sisi lain, Analis Doo Financial Futures Lukman Leong memperkirakan rupiah masih memiliki peluang penguatan. Hal ini karena dolar AS tertekan setelah data penjualan rumah yang lebih rendah dari perkiraan.
Namun Lukman mengatakan, penguatan rupiah ini bisa terbatas. Menurutnya, investor masih menunggu data inflasi AS yang akan dirilis malam ini setelah tertunda beberapa pekan.
“Rupiah akan berada di level Rp 16.550 per dolar AS hingga Rp 16.650 per dolar AS,” ujar Lukman.



