Oleh : Sutoyo AbadiĀ
KNews.id – Jakarta, Diskusi rutin Kajian Politik Merah Putih, mengambil topik perjuangan Rismon, Roy, Tifa dkk, makin galak dan ganas. Selama diskusi saya hanya diperbolehkan mendengarkan saja.
*Gideon bilang (Gideon adalah seorang hakim dan pahlawan perang di Alkitab), “Kuasa bukan bukan saja apa yang anda miliki melainkan apa yang musuh anggap anda miliki” (Rules For Radicals, Saul D, Alinsky, 1972).
Sergapan Rismon, Roy dan Tifa ( RRT ) makin ganas, taktis, terukur dilengkapi keahlian masing-masing bekerja kompak, bukti bukti sebagai amunisi menembak terekam akurat, tertata rapi, aman dari ancaman rusak atau hilang.
Reputasinya lebih menguasai medan tempur karena keahlian dan keilmuan yang dimiliki, otomatis menyeret pasukan Ternak Mulyono, hanya bertahan tanpa pakem argumentasi yang memadai.
Termul tampak jelas pertahanannya sangat rentan dan rapuh, memposisikan aparat kepolisian harus berpikir dua kali dan bertindak hati hati karena rakyat pada posisi persaksian sebagai kekuatan menyertai RRT.
Terbaca oleh publik Termul, faktual semakin menunjukkan kelemahan argumen dan fakta yang disajikan asal-asalan, ini beresiko mengundang lebih banyak ancaman, serangan beresiko Termul semakin terpojok.
RRT nampaknya sangat mengerti perjuangannya bukan semata-mata karena kebencian tetapi karena ada kepahitan peristiwa ketidak adilan dan politik asal tembak ditempat maka legalitas ijazahnya asli atau palsu baik yang dimiliki Jokowi, Gibran dan keluarga lainnya pada posisi sangat rentan.
Awal permainan dengan kekuasaannya memperkusi hukum untuk menaklukkan lawannya, sehingga Bambang Tri bisa di hukum pada hukuman penjara yang pertama tanpa proses pengadilan.
Jokowi pasti tidak pernah menyangka akan munculnya RRT bisa membalikan intimidasi yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.
Penampilan Jokowi yang menyesatkan dan penuh kebohongan di paksa harus keluar dari gorong – gorong harus tampil apa adanya.
Rakyat telah menunjukkan keberaniannya setelah berganti rezim membalikkan intimidasi Jokowi dengan sikapnya :
“mengejutkan dengan manuver berani – ( tidak lagi mengenal takut dengan penuh keyakin menerjang ketidakpastian dan ketidak adilan )”
“membalik ancaman – melawan kebodohan dan ketololan kekuasaan hanya untuk pamer. Layak harus ditimpakan sedikit kepedihan dan bisa ditimpakan kepedihan lebih dahsyat kalau tetap nekad menunjukkan arogansi dan kedzalimannya”
“munculnya gerakan rakyat tidak terduga – seperti gerakan rakyat marah di akhir bulan Agustus 2025 lalu”.
“pembohong dan penipu dipaksa masuk pada paranioda alami – semakin terselubung ancaman dalam ketidak pastian ketika rakyat sebagai pemilik kekuasaan marah, kekuasaan rezim bisa di musnahkan dalam sekejap atau dalam waktu sesingkat – singkatnya, kalau ikutan bersikap arogah, pogah dan sombong”.
“Tercipta reputasi menakutkan – ketika segala tipuan, kebohongan dan rekayasa politik kotor akan dan harus dibersihkan tanpa ampun. Reputasi ini bisa macam – macam : sulit, keras dan tidak mengenal ampun.
Gibran anak haram konstitusi sudah terdeteksi tidak memiliki ijazah SMA atau setara SMA, nekad terus pada posisinya sebagai Wakil Presiden atau mundur baik baik, resiko masing masing pasti akan tiba.
Demikian Jokowi akan tetap bertahan bahwa ijazahnya asli atau palsu juga akan berakibat pada resikonya pasti akan datang. Segalanya akan berakhir ketika yang hak telah datang maka kebatilan pasti akan lenyap dan musnah.
Salah satu peserta diskusi dari jurusan Fisil, semester 3 ( tiga ) mengakhiri diskusinya dengan menitipkan pesan Mao Tse – tung bahwa : Mencederai kesepuluh jari seseorang tidak seefektif memutuskan salah satunya ( Mao Tse-tung 1893 – 1976 ).
(FHD/NRS)



