spot_img
Jumat, Maret 29, 2024
spot_img

Rencana Kapal Selam Nuklir Australia Bikin Malaysia Khawatir

KNews.id – Pemerintah Malaysia menyatakan keprihatinan soal rencana proyek baru kapal selam bertenaga nuklir Australia, yang kini berada di bawah kerja sama dengan Inggris dan Amerika Serikat (AS). Dikhawatirkan rencana tersebut dapat memicu perlombaan senjata nuklir di kawasan Indo-Pasifik.

Diketahui Australia akan membangun delapan kapal selam bertenaga nuklir di bawah kemitraan keamanan Indo-Pasifik. Rencana itu bahkan sudah memicu kemarahan China.

- Advertisement -

“Ini akan memprovokasi kekuatan lain untuk juga bertindak lebih agresif di kawasan itu, terutama di Laut China Selatan,” kata Kantor Perdana Menteri Malaysia dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters.

Pernyataan itu memang tidak secara gamblang menyebutkan China. Meski begitu, kebijakan luar negeri China di kawasan Laut China Selatan semakin tegas, terutama klaim maritimnya yang bahkan beberapa di antaranya bertentangan dengan klaim Malaysia.

- Advertisement -

“Sebagai negara di dalam ASEAN, Malaysia memegang prinsip menjaga ASEAN sebagai Zona Damai, Bebas dan Netral (ZOFPAN),” kata pernyataan itu.

Malaysia mendesak semua pihak untuk menghindari provokasi dan persaingan senjata di wilayah tersebut.

- Advertisement -

Sebelumnya, presiden AS Joe Biden mengumumkan aliansi pertahanan baru antara Australia-AS-Inggris pada hari Rabu (15/9) lalu, yang memperluas teknologi kapal selam nuklir AS ke Australia serta pertahanan dunia maya, kecerdasan buatan terapan, dan kemampuan bawah laut.Pakta tersebut secara luas dipandang bertujuan untuk melawan kebangkitan China.

Langkah itu membuat marah Prancis, yang kehilangan kontrak untuk memasok kapal selam konvensional ke Australia senilai Aus$ 50 miliar (US$ 36,5 miliar) saat ditandatangani pada 2016. Prancis juga menarik duta besarnya dari Australia dan AS.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Prancis Jean-Yves Le Drian mengatakan pengabaian proyek kapal selam yang telah dikerjakan Australia dan Prancis sejak 2016 merupakan “perilaku yang tidak dapat diterima di antara sekutu dan mitra.”

“Konsekuensinya mempengaruhi konsep yang kami miliki tentang aliansi kami, kemitraan kami, dan pentingnya Indo-Pasifik bagi Eropa,” tambahnya.(Detik/fey)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini