spot_img
Selasa, Mei 21, 2024
spot_img

Puasa Arafah Ikut Arab Saudi atau Pemerintah Indonesia, Begini Penjelasan Ustaz Adi Hidayat

KNews.id – Waktu pelaksanaan puasa arafah dan Idul Adha kerap menjadi perdebatan. Pilihannya antara ikut waktu Arab Saudi atau Pemerintah Indonesia. Ustaz Adi Hidayat memberikan penjelasan terkait perbedaan pandangan itu.

Memang, perbedaan pelaksanaan puasa arafah sudah terjadi beberapa kali. Tahun 2023 ini, pelaksanaan puasa arafah kembali dilaksanakan dalam waktu berbeda. Perbedaan itu terjadi karena perayaan Idul Adha di Indonesia telah ditetapkan pada 29 Juni 2023 bertepatan pada 10 Dzulhijjah.

- Advertisement -

Pemerintah Arab Saudi sendiri telah menetapkan Hari Raya Idul Adha pada 28 Juni 2023. Perbedaan hari raya Idul Adha ini tentunya berpengaruh pada puasa Arafah. Bukan hanya tahun ini, 2022 lalu pun puasa arafah harus dilakukan secara berbeda pula. Penceramah Ustaz Adi Hidayat (UAH) menyikapi perbedaan dengan bijak dan berdasarkan dasar keilmuwan.

“Hari arafah itu tanggal berapa? 9. Ingat ya, suka agak keliru, sebagian orang mengatakan shoum arafah. Kalau cuma disebutkan, Nabi mengatakan syiam arofah, puasa arafah,” ujarnya, dilansir dari YouTube Surau Kita, pada 20 Juni 2023. “Arofah itu menunjuk pada momentumnya, ya momentum orang wukuf. Jadi kalau bahasanya puasa ‘arofah, maka gak ada penafsiran.,” sambungnya.

- Advertisement -

Jika merujuk pada satu ketentuan, semua umat muslim di seluruh dunia ini harus berpuasa bersamaan dengan orang wukuf. “Jadi begitu di Saudi wukuf sekarang, kita ikut puasanya di hari itu. Jelas ya, itu kalau tidak menggunakan ‘Yaum’,” ujarnya. “Tapi kalau menggunakan ‘Yaum’, Yaum itu disebut ‘Dzor fuzzaman, ya. Huruf yang melekatkan sesuatu pada waktunya, bukan momentumnya, menunjuk pada waktu ya,” sambungnya.

Jadi Yaum itu menunjuk pada waktu. Maksudnya apa? Hadis ini ingin menegaskan, puasa ini dilakukan, bukan mengikuti momentumnya, tapi mengikuti waktunya. Namun ada ketentuan lain yang diungkapkan oleh Ustaz Adi Hidayat terkait pelaksanaan puasa arafah. Waktu orang wukuf tanggal berapa, 8 apa 9? 9 ya. Jadi orang wukuf di tanggal 9 Dzulhijjah,” ujar Adi Hidayat.

- Advertisement -

Jadi jika di satu tempat, satu daerah, satu negara sudah masuk ke tanggal 9 Dzulhijjah, sekalipun tidak sama dengan tempat orang wukuf sekarang di Saudi, maka itu sudah harus menunaikan puasa arafah. “Jadi jatuh puasanya pada tanggalnya, bukan pada momentum wukufnya. Jelas ya, yang harus diikutkan pada tempat tertentu,” ucap Ustaz Adi Hidayat.

Dia kemudian menjelaskan dengan detail, misal pemerintah Indonesia menetapkan awal Dzulhijjah beda dengan Saudi karena zonanya ada perbedaan. “Yang diikuti saat puasa Arafah itu bukan ikut ke yang wukuf, bukan waktu Saudi, tapi waktu di sini (Indonesia),” ucap Adi Hidayat. “Antum ngukurnya ke Jakarta 4 jam, di Papua 6 jam. Indonesia itu kan luas dari Sabang sampai Merauke, gitu kan. Masya Allah,” ujarnya.

“Ketika Saudi menetapkan tanggal 9 Dzulhijjah. Misal, Maghrib di Saudi jam 7, di Papua jam berapa? Jam 1. Udah jam 1 udah dini hari, di Saudi baru Maghrib. Artinya ke Saudi ketika masuk misalnya waktunya jam Subuh misal saja jam 5,” tukas UAH.

“Jam 5, di Papua udah siang. Bahkan sebagian udah beda waktu. Yang jadi persoalan misalnya kalau Saudi Jadi dari segi penunaiannya, Adi Hidayat menjelaskan kaidah-kaidahnya dan ulama-ulama Saudi pun memberikan fatwa jika di suatu negara zona waktunya berbeda jauh, tidak terlampau dekat yang bisa melahirkan perbedaan waktu, maka waktu di negara tersebut yang diikuti duluan. Saudi sudah tanggal misalnya 9 Dzulhijjah, di sni sebelumnya. Bisa terjadi,” sambungnya.

Bisa dipastikan ustaz Adi Hidayat menekankan untuk lebih baik mengikuti penetapan yang sudah ditentukan oleh pemerintah Indonesia, bukan Arab Saudi.  (Zs/Dtk)

 

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini