Oleh : Sutoyo Abadi
KNews.id – Jakarta, Dialog Profesor merangkap Provokator ( seseorang yang sengaja melakukan tindakan untuk membangkitkan ,kemarahan orang lain untuk bertindak atau pertikaian ). Dengan Politisi merangkap Provokasi ( perbuatan untuk membangkitkan kemarahan; tindakan menghasut; penghasutan; pancingan ).
Karena situasi makin keras dirasakan aparat keamanan tetap membabi buta memproses kriminalisasi dengan pasal karet yang sudah di matikan MK tetap hidup dan di gunakan dengan suka suka seenaknya, maka sang Profesor dan sang Politisi berdialog senyap di sembarang tempat dengan wataknya sebagai provokator dan provokasi sesuai bidangnya masing-masing :
Profesor ( Prof.) : masalah ketata negaraan di hilir macam – macam seperti sampah di mana – mana, termasuk dugaan ijasah palsu Mulyono melebar kemana-mana, kamu tahu sebabnya ?.
Politisi ( Pol. ) : saya ini politisi itu bidang saya, karena masalah di hulu ( negara tetap bandel belum mau kembali pada Pancasila dan UUD 45 asli masih di abaikan). Masalah ijazah palsu melebar itu terjadi karena polah tingkah Jokowi sendiri.
Prof : Melebar nyeret institusi UGM, kena apa ?
Pol : Itu ulah Pratikno joint Jokowi dalam sindikat kekuasaan amatiran.
Prof : Saya ini profesor ahli teori ahlinya ahli tapi kamu politisi lebih licik dari saya, menurut kamu kelicikan apa yang sedang terjadi.
Pol : Saya politisi licik itu hobi saya, tetapi sebagai Profesor lebih ampuh sebagai provokator. Kelicikan saat ini sudah masuk babak baru kriminalisasi.
Prof : Waktu itu beredar luas info Ijazah Jokowi hilang tiba – tiba di ralat bahwa ijasah sudah siap di rumah, hanya dengan permintaan pengadilan akan saya tunjukkan, apa sebenarnya yang terjadi.
Pol : Sebagai politisi pasti tahu. Saya pakai kalimat _”Patut diduga”_ biar tidak di serang wereng coklat. Diduga saat itu ijazah Jokowi belum ada, baru setelah jadi info hilang di ralat. Ini info betulan dari Profesor asli bukan dari Profesor Provokator.
Prof : Waduh… Ijazah Jokowi yang katanya diuji Puslabfor itu konon hanya penggalan skenario, alasan cari data di Yogjakarta dan Solo segala, apa kamu tahu cerita itu ?
Pol. : Prof. apa kamu tidak bisa melacak mereka datang ke Kampus UGM dan ke Solo memang hanya untuk koordinasi bagaimana mengamankan Jokowi dan UGM.
Prof : Saya tahu tim forensik dimuka bumi sampai kiamat 7 ( tujuh ) kali tidak akan bisa mengganti foto Mulyono dengan foto Jokowi maka ijazah Jokowi sampai di akherat akan tetap palsu.
Pol. : Semua bisa di atur karena jasa baik Prabowo Subianto akan tetap melindungi Jokowi. Perangkat hukum sampai pengadilan wajib satu suara satu sikap dan ahirnya satu keputusan *ijazah Jokowi asli*
Prof : Prabowo Subianto dalam bahaya harus di selamatkan dari kekuatan yang masih membabi buta melindungi Jokowi.
Pol : Lagi lagi menggunakan teori kuno, bagi Prabowo Subianto yang penting jadi Presiden belum peduli dan masih belum siuman, masih melindungi Jokowi.
Prof : Lho …. Prabowo Subianto ingin mati dalam perjuangan bersama rakyat harus kita back up.
Pol : Ente Profesor sontoloyo, sebagai politisi itu hanya metafor omon omon.
Prof : Jadi anding di pengadilan nanti Jokowi akan diselamatkan bahwa ijazahnya asli, UGM selamat dari kebohongan dan rekayasa culasnya, yang protes ijazah palsu akan masuk tahanan…?
Pol : Seorang Profesor provokator pikirannya terlaku pendek ( cekak ) karena hanya keluar masuk kamar mandi. Aparat keamanan akan merekayasa mengkriminalisasi para aktivis itu perintah atasan.
Prof : Saya itu menguasai teori politik dari jaman Nabi Adam sampai saat ini. Saya juga tahu hukum sudah seperti jualan kelontong, ada harga cocok transaksi lancar.
Pol. : Teori gombal, sebagai politisi praktis, ini bukan hanya soal ijazah palsu dan Gibran. Semua ini adalah penipuan, kebohongan, prilaku licik penghianat negara.
Prof : Saya harus setuju ini bukan hanya soal kriminalisasi, pemerintah Jokowi yang amburadul, ijazah palsunya atau penggantian Gibran sebagai Capres tetapi persoalahulu yang di abaikan : _”Pancasila di campakkan dan UUD 45 diganti UUD 2002. Dampak di hilir dalam kelola negara makin liar, parah dan carut marut tanpa arah”.
Pol. : Setuju atau tidak apa pengaruhnya sebagai Profesor Provokator koplak seperti kamu dan Politisi gombal seperti saya. Kita sudah dapat predikat sebagai profesor dan politisi brengsek bersama aparat sontoloyo, sepakati saja saya sebagai bagaimana kita sepakat dan kompak dengan profesi masing – masing cari selamat, syukur bisa ikut kue kekuasaan minimal Ketua RT atau RW.
(FHD/NRS)