KNews.id – Jakarta – Sepuluh bulan sejak diluncurkan pada Januari 2025, Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menuai kritik dari berbagai kalangan.
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Teuku Riefky menilai, menilai alokasi anggaran MBG sangat besar namun tidak tepat sasaran.
“Program ini tidak menambah produktivitas dan justru menimbulkan food waste bahkan keracunan,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (21/10/2025).
Menurutnya, manfaat ekonomi dari MBG baru akan terasa jika program ini mampu meningkatkan konsumsi masyarakat yang sebelumnya kekurangan gizi, misalnya dari yang semula makan sekali sehari menjadi dua kali.
“Namun bila siswa penerima sudah makan tiga kali sehari dan kebutuhan gizinya tercukupi, program ini hanya akan menimbulkan food waste,” tegas Riefky.
Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), hanya sekitar 7% siswa yang kekurangan makan. Artinya, sebagian besar penerima MBG tidak termasuk dalam kelompok yang benar-benar membutuhkan.
“Dengan beban fiskal sebesar ini, MBG menyedot porsi anggaran yang seharusnya bisa dialokasikan untuk kebutuhan yang lebih produktif,” tambahnya.
Riefky pun mendorong pemerintah untuk segera mengkaji ulang dan membenahi pelaksanaan program tersebut agar lebih tepat sasaran serta memberikan manfaat ekonomi yang optimal.