spot_img
Jumat, April 19, 2024
spot_img

Presiden: Waspada akan Lonjakan Inflasi!

KNews.id- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mulai mewaspadai soal kondisi global yang mulai memanas akhir-akhir ini. Menurut Jokowi beberapa komoditas mulai mengalami kelangkaan, misalnya energi dan pangan. Rantai pasok global juga menghadapi tantangan karena kelangkaan kontainer. Di sisi lain, inflasi di beberapa negara juga mulai terpantau naik.

“Masa depan global semakin penuh ketidakpastian. Kelangkaan energi, satu. Juga beberapa negara sudah mulai terjadi kelangkaan pangan. Food price, harga pangan dunia naik semuanya,” ujar Jokowi dalam Sidang Terbuka Senat Akademik Dies Natalis ke 46 Universitas Sebelas Maret, Jumat (11/3).

- Advertisement -

Menurut Jokowi harga gandum dan kedelai dunia mulai naik. Kenaikan harga gandum hingga 20 persen saat ini tidak terlepas dari perang Rusia-Ukraina. Jokowi mengatakan, inflasi pangan ini telah terjadi sejak Januari 2022. Di Rusia inflasi pangan naik 12 persen, Amerika naik 6,9 persen, Turki 55,6 persen.

“Alhamdulillah kita masih di angka 3 persen. Tapi sampai kapan kita bisa menahan seperti ini?” ujar Jokowi.

- Advertisement -

Di sisi lain, rantai pasok global juga menghadapi tantangan akibat kelangkaan kontainer. Padahal Jokowi mengeklaim dalam keadaan normal, kontainer dalam jumlah berapa pun sangat mudah dicari. Akibat kelangkaan ini, harga kontainer sekarang naik berkali lipat.

“Dulu naik dua kali, naik tiga kali, naik empat kali, naik lima kali. Artinya apa? Barang-barang logistik sampai ke konsumen pun karena terbebani harga kontainer yang naik menjadi juga dibeli lebih mahal. Efeknya ke mana-mana,” ujar Jokowi.

- Advertisement -

Tak hanya itu, beberapa negara saat ini juga mengalami kenaikan inflasi. Jokowi merinci, inflasi di Turki sempat menyentuh 48,7 persen. Sedangkan di Amerika yang biasanya di bawah 1 persen, saat ini inflasinya sudah tembus di level 7,5 persen. Begitu juga di India sudah 6 persen dan inflasi Rusia 8,7 persen. Sementara itu Indonesia masih di level aman sekitar 2,2 persen.

“Menurut saya kuncinya adalah kecepatan berubah dan bisa memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Ini yang akan kita lakukan. Oleh sebab itu perlu stabilitas. Yang kita lakukan transformasi ekonomi. Dalam posisi seperti ini, keberanian mentransformasi ekonomi ini akan memberikan manfaat dan memberikan peluang jangka panjang kita akan menjadi lebih baik,” tandasnya. (AHM/kmprn)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini