KNews.id- Mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Busyro Muqoddas sempat menyindir keputusan lembaga anti-rasuah yang menerbitkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) kepada tersangka kasus Bantuan Likuditas Bank Indonesia (BLBI) Sjamsul Nursalim beberapa waktu lalu dengan ucapan “Selamat”. SP3 itu, menurut Busyro, menjadi tanda kesuksesan revisi UU KPK yang disetujui parpol-parpol di DPR.
“Ucapan sukses besar bagi pemerintah Jokowi yang mengusulkan revisi UU KPK yang disetujui DPR juga parpol-parpol yang bersangkutan. Itu lah penerapan kewenangan menerbitkan SP3 oleh KPK wajah baru,” kata Busyro.
“Harus saya nyatakan dengan tegas, lugas, bahwa itu bukti nyata tumpul dan tandusnya rasa keadilan rakyat yang dirobek-robek atas nama UU KPK hasil revisi usulan presiden,” sambung Busyro.
Kritik yang dilontarkan Busyro-pun ditafsirkan oleh anggota Komisi III DPR RI Arsul Sani sebagai cacian. Terlebih jika cercaan itu muncul dari orang yang pernah bekerja atau memimpin KPK. Sebab, seharusnya kritik dari orang yang pernah bekerja atau memimpin KPK berbedang dengan rakyat biasa.
“Kenapa perlu berbeda? Ya karena dalam perjalanan KPK dari waktu ke waktu itu selalu ada permasalahan,” urainya.
Salah satu permasalahan umum yang selalu muncul di tiap kepemimpinan adalah tidak tuntasnya penanganan kasus atau proses hukum. Contohnya kasus-kasus seperti Century, Hambalang, RS Sumber Waras, dan sebagainya.
“Jadi, kalau bagi mereka yang pernah jadi pimpinan atau bekerja di sana jangan kemudian hanya menyoroti SP3 kasus SN (Sjamsul Nursalim) saja, kemudian seolah pada masanya tidak pernah ada masalah dengan kasus lain. Padahal saat itu tidak di SP3, tapi kasus juga tidak berlanjut,” tandas Arsul. (AHM/bcra)
 Busyro Muqoddas sempat menyindir keputusan lembaga anti-rasuah yang){kind=link}