spot_img
Sabtu, April 20, 2024
spot_img

Peluang Default AS dan Indonesia berdasarakan CDS

Oleh: Edhi Prasnaidi, Pengamat Modal

KNews.id- Peluang terjadinya kegagalan pembayaran utang di AS saat ini diperkirakan hanya sekitar 2%. Hal ini didasarkan pada sejumlah faktor, termasuk kondisi ekonomi AS saat ini, situasi politik di AS, dan prospek ekonomi global.

- Advertisement -

Ekonomi AS saat ini mengalami inflasi yang tinggi dan suku bunga yang naik. Hal ini menimbulkan tekanan pada anggaran pemerintah dan membuat lebih sulit untuk membayar utang-utangnya. Situasi politik di AS juga terbelah, yang membuat sulit bagi Kongres untuk mencapai kesepakatan tentang batas plafon utang.

Prospek ekonomi global juga tidak pasti. Hal ini disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk perang di Ukraina, pandemi COVID-19, dan kenaikan harga energi. Ketidakpastian ini membuat sulit bagi investor untuk menilai risiko gagal bayar utang AS.

- Advertisement -

Secara keseluruhan, peluang terjadinya kegagalan pembayaran utang di AS rendah, tetapi tidak nol. Pemerintah AS memiliki sejarah panjang dalam kemampuan untuk membayar utangnya, namun atmosfir ekonomi dan politik saat ini membuat lebih sulit untuk melakukannya. Jika Kongres tidak dapat mencapai kesepakatan tentang batas plafon utang sebelujm 1 Juni 2023, kemungkinan pemerintah AS gagal membayar utangnya. Hal ini akan berdampak negatif signifikan pada ekonomi AS dan ekonomi global.

Kata siapa Dua Persen

- Advertisement -

Angka 2% disuarakan oleh Lembaga Anggaran Kongres (Conference Budget Office), pasar keuangan, dan para analis. Meski begitu, perlu dicatat bahwa peluang default utang AS sebesar 2% hanyalah perkiraan. Kemungkinan risiko default bisa lebih tinggi atau lebih rendah dari angka tersebut. Akhirnya, hal ini tergantung pada berbagai faktor, termasuk tindakan Kongres dan kondisi ekonomi.

Namun jika menggunakan perhitungan pasar keuangan dengan menggunakan tolak ukur Credit Defaukt Swap (CDS), maka kans pemerintah AS untuk default ternyata lebih kecil lagi. Per tanggal 14 Mei 2023, tingkat CDS AS adalah 65,34. Ini berarti pasar memperhitungkan kemungkinan 1,09% bahwa AS akan gagal membayar hutangnya dalam lima tahun ke depan.

CDS adalah sejenis asuransi yang melindungi investor dari risiko gagal bayar (default) penerbit obligasi atau utang. Misalnya, jika kita membeli obligasi dari perusahaan atau pemerintah, kita dapat membeli CDS untuk melindungi diri dari risiko bahwa penerbit obligasi tersebut tidak dapat membayar hutangnya.

Jadi, jika penerbit obligasi gagal membayar hutangnya, CDS akan memberikan pembayaran ganti rugi pada investor yang memilikinya. Semakin tinggi risiko gagal bayar, semakin mahal harga CDS dan semakin tinggi pula probabilitas gagal bayar yang diperhitungkan oleh pasar.

Tingkat CDS AS telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir karena kekhawatiran tentang perekonomian AS. Perekonomian AS menghadapi sejumlah tantangan, termasuk inflasi yang tinggi, kenaikan suku bunga, dan perang di Ukraina. Tantangan-tantangan ini dapat menyebabkan resesi, yang akan meningkatkan risiko gagal bayar AS pada hutangnya.

Tingkat CDS AS dipantau dengan cermat oleh investor dan pembuat kebijakan. Tingkat CDS yang tinggi dapat membuat pemerintah AS lebih mahal untuk meminjam uang. Ini juga dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan pada perekonomian AS. Lalu pertanyaan umum kita kan….Jika kans AS untuk default hanya 2%, kenapa banyak pelaku ekonomi global yang takut?

Nah….Meskipun peluang AS mengalami default hanya sekitar 2%, hal ini tetap dapat menimbulkan kekhawatiran bagi pelaku ekonomi global karena dampaknya yang besar.

Sebagai negara dengan perekonomian terbesar di dunia dan sebagai pemegang utama mata uang cadangan global, AS memiliki peran penting dalam kestabilan ekonomi global. Jika AS mengalami default, hal ini dapat memicu krisis keuangan global yang dapat merusak stabilitas ekonomi di seluruh dunia.

Selain itu, AS juga memiliki banyak kewajiban hutang kepada pihak luar negeri, seperti pemerintah dan investor asing, sehingga default akan mempengaruhi kredibilitas AS dalam membayar hutangnya dan dapat menyebabkan pengurangan investasi asing dan penurunan nilai dolar AS. Oleh karena itu, meskipun peluang default AS masih terbilang kecil, dampaknya yang besar dapat memicu kekhawatiran di kalangan pelaku ekonomi global.

  • Pengaruh Default pemerintah AS terhadap harga komoditas

Jika pemerintah amrik gagal membayar utangnya, maka kondisi ini akan memiliki dampak yang sangat merusak pada harga komoditas. AS adalah negara dengan ekonomi terbesar di dunia dan pemegang utang terbesar. Kegagalan tersebut akan menyebabkan hilangnya kepercayaan pada ekonomi AS dan akan memicu penjualan aset. So, ini juga akan membuat lebih sulit bagi AS untuk mengakses pasar modal di masa depan.

Selain itu, gagal bayar utang pemerintah AS juga akan menyebabkan penurunan nilai dolar AS. Hal ini karena kegagalan tersebut akan membuat surat utang AS menjadi kurang menarik bagi investor, yang akan menyebabkan penurunan permintaan terhadap dolar. Kondisi ini akan membuat lebih mahal bagi AS untuk mengimpor barang dan jasa, yang akan lebih merusak ekonomi.

Dampak dari kegagalan terhadap harga komoditas dan mata uang akan dirasakan di seluruh dunia. AS adalah salah satu negara pengimpor komoditas terbesar, sehingga kegagalan tersebut akan menyebabkan harga yang lebih tinggi untuk komoditas tersebut. Hal ini akan berdampak pada inflasi dan akan membuat lebih sulit bagi bisnis dan konsumen untuk membeli barang dan jasa.

Kegagalan AS juga akan menyebabkan penurunan nilai dolar. Hal ini akan membuat lebih mahal bagi AS untuk mengimpor barang dan jasa, yang akan lebih merusak ekonomi. Hal ini juga akan membuat lebih sulit bagi perusahaan AS untuk bersaing di pasar global.

Dampak kegagalan oleh AS akan sangat luas dan akan berdampak buruk pada ekonomi global. Penting untuk diingat bahwa AS belum pernah gagal membayar utangnya dan tidak mungkin akan melakukannya di masa depan. Namun, kemungkinan kegagalan selalu ada dan penting untuk menyadari konsekuensi potensial.

Sebagai catatan dan perbandingan:

  • Per tanggal 14 Mei 2023, CDS Indonesia berada pada angka 96,04. Ini berarti investor memperkirakan kemungkinan 1,60% bahwa Indonesia gagal membayar hutangnya dalam lima tahun ke depan. CDS telah mengalami tren kenaikan dalam beberapa bulan terakhir, mencerminkan kekhawatiran tentang prospek ekonomi Indonesia. Negara ini menghadapi sejumlah tantangan, termasuk inflasi yang meningkat, defisit transaksi berjalan yang semakin melebar, dan pelemahan nilai tukar rupiah. Tantangan-tantangan ini dapat membuat Indonesia kesulitan memenuhi kewajiban hutangnya.
  • Tapi sekalai lagi catat yaaa….bahwa CDS hanya merupakan salah satu ukuran risiko. Ini bukan prediksi apakah Indonesia atau AS akan gagal membayar hutangnya atau tidak. Namun, ini merupakan sinyal bahwa investor semakin khawatir tentang kemampuan negara-negara itu untuk membayar utangnya. (Ade)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini