spot_img
Jumat, April 19, 2024
spot_img

Pandemi Jilid II, Adhie Massardi: Pemerintah Dimana?

KNews.id- Mantan Juru bicara Almarhum Presiden KH Abdurrahman Wahid, yakni Adhie Massardi mempertanyakan keberadaan pemerintah di masa pandemi saat ini. Karena menurutnya, sama sekali tak ada manajemen krisis dalam penanganan kasus covid-19.

“Pandemi kian menggila. Ini pemerintah kepalanya di mana? Siapa tanggung jawab?” Tegasnya, dikutip dari RMOL.ID.

- Advertisement -

Adhie juga membeberkan sejumlah indikator ketidakseriusan pemerintah dalam menangani corona bisa diamati dari empat fase, yakni;

Pertama, penanganan Covid-19 hanya lelucon. Sebelum pandemi, pemerintah menggunakan buzzer secara massif untuk membantah analisa bahwa virus corona sudah masuk ke Indonesia pada Januari-Maret 2020.

- Advertisement -

Sementara yang kedua, Covid-19 dijadikan sebagai bancakan. Misalnya, yang paling nyata adalah kasus korupsi bantuan sosial (Bansos) sembako untuk masyarakat. Dan, dugaan penyimpangan bansos Covid-19 yang nilainya mencapai Rp 100 triliun.

Adapun yang ketiga, Covid-19 digunakan sebagai momentum untuk arogansi kekuasaan. Yaitu, menghabisi lawan-lawan politik. Menangkapi para aktivis. Terbaru, vonis 4 tahun yang diterima M. Rizieq Shihab.

- Advertisement -

“Pandemi untuk arogansi kekuasaan, hasilkan vonis untuk penjarakan lawan politik. Ngaco” tambahnya.

Ia juga mencontohkan sejumlah arogansi kekuasaan yang lain, pemerintah pusat merasa penguasaan penuh terhadap pemerintah daerah. Sehingga daerah terintersep oleh pusat. Sementara fase keempat atau yang terakhir, vaksinasi Covid-19 yang sedang berjalan lebih menjalankan proyek dibanding mengatasi pandemi.

“Karena ditangani BUMN, Menag BUMN. BUMN dan Kesehatan seperti jalan sendiri. Dan kenapa misalnya tidak libatakan IDI. Jadi, tidak ada manajemen krisis dalam menanggulangi pandemi,” jelas Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB) itu.

Selain itu, Adhie juga menambahkan, bahwa dengan memperhatikan empat fase ini, dan kalau tidak ada penanganan serius, maka pandemi Covid-19 di Tanah Air akan susah ditangani.

“Melihat fase-fase yang kacau balau semacam ini, maka sangat mustahil grafik peningkatan pandemi bisa turun. Akibatnya, tentu saja rakyat menanggung semuanya ini, termauk mempertaruhkan nyawa,” ucapnya.

Sebagai informasi, per Kamis (24/6) kemarin, setidaknya terdapat 20.574 orang terkonfirmasi positif Covid-19. Dengan penambahan itu, total yang terpapar sebanyak 2.053.995 orang. Sembuh 1.826.504 orang, dan meninggal dunia 55.949.

Kasus covid-19 di Indonesia sebetulnya dimulai pada akhir tahun 2019 di beberapa negara, namun sejumlah pejabat negara asik membantah dan menyatakan bahwa virus asal Wuhan, China itu tidak akan masuk ke Indonesia.

Bahkan, Menko Polhukam, Mahfud MD dan Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut B. Pandjaitan pernah buat candaan, bahwa Covid-19 itu mirip seorang istri: sama-sama sulit ditaklukkan dan oleh karena itu satu-satunya cara yang dapat dilakukan agar dapat hidup berdampingan adalah menyesuaikan diri. “Corona is like your wife” kata Mahfud yang mengklaim mendapat kiriman meme dari Luhut.

“Lelucon yang paling parah, turis dan TKA dari China berdatangan di tengah pandemi. Kan kita tahu corona itu berasal dari Wuhan, China,” tukas Adhie. (AHM/rmol)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini