spot_img
Sabtu, April 20, 2024
spot_img

Nih Rahasia Ekonomi RI Meroket dan Kebal Resesi!

KNews.id- Ekonomi Indonesia diramal mampu tumbuh tinggi pada tahun ini dan 2023. Padahal di saat yang sama, beberapa negara terancam jatuh ke jurang resesi maupun stagflasi.

“Untuk Indonesia sepertinya kecil kemungkinan ekonomi kita kontraksi karena didorong konsumsi domestik dan Investasi domestik,” ungkap Ekonom Sucor Sekuritas, Ahmad Mikail kepada CNBCIndonesia, Selasa (14/6/2022)

- Advertisement -

Bank Dunia, meramal pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 5,1% pada tahun ini. Ramalan tersebut memang lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 5,2%. Namun masih lebih tinggi dibandingkan realisasi 2021 yang mencapai 3,7%.

Sementara untuk 2023 mendatang, ekonomi Indonesia diperkirakan lebih tinggi, yaitu 5,3%. Konsumsi domestik dan investasi memegang andil lebih dari separuh perekonomian tanah air. Sementara yang berhubungan dengan eksternal, yaitu ekspor impor hanya 30%. Sehingga badai besar yang menghantam dunia saat ini tidak berdampak signifikan terhadap Indonesia.

- Advertisement -

Berbeda dengan kawasan Eropa hingga Amerika Selatan dan Afrika. Ditambah situasi pengelolaan fiskal yang tidak tepat, maka ada kecenderungan kena resesi dan stagflasi lebih tinggi.

“Ekonomi Indonesia tidak terlalu terhubung dengan ekonomi global,” jelasnya.

- Advertisement -

Maka dari itu penting bagi pemerintah untuk menahan laju inflasi. Dengan demikian daya beli masyarakat terjaga dan pemulihan ekonomi dapat terus berlanjut.

“Data-data riil menunjukan pemulihan ekonomi terus berlanjut dan bahkan terakselerasi,” kata Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman kepada CNBC Indonesia.

“Inflasi juga walau meningkat tapi masih dalam taraf manageable. Kuncinya memang pada peran kebijakan pemerintah terutama dalam menjaga pasokan dan distribusi barang dalam mengendalikan harga, terlepas dari keputusan untuk menaikan subsidi untuk energi dan bahan bakar,” paparnya.

Meski begitu, pemerintah juga tetap harus waspada dengan berbagai kemungkinan. Apalagi perang Rusia – Ukraina sebagai pemicu pemburukan ekonomi dunia belum ada titik terang.

“Uncertainty memang masih tinggi. Tapi memang shock sudah diabsorb oleh pemerintah dengan peningkatan subsidi. Tapi seberapa kuat dan efektif juga akan bergantung juga pada seberapa lama dan intensif masalah global supply chain, energy crisis, dan perang Rusia Ukraina,” pungkasnya. (AHM/cnbc)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini