spot_img
Jumat, April 26, 2024
spot_img

Nasir Abbas: FPI tak terkait Terorisme

KNews.id- FPI tidak terkait terorisme karena belum ada perintah dari pimpinan melakukan aksi peledakan di berbagai kota di Indonesia.

“Bukan FPI hanya oknum,” kata mantan Pimpinan Jamaah Islamiyah (JI) Nasir Abbas kepada suaranasional, Rabu (31/3).

- Advertisement -

Menurut Nasir Abbas, FPI belum masuk kategori terorisme karena belum ada perintah dari pimpinan ke anggota untuk melakukan peledakan di berbagai kota di Indonesia.

“Kalau belum ada perintah pemimpin melakukan teror dikembalikan individu. Kita harus lihat definisi teroris itu apa, kalau tidak masuk definisi terorisme ya bukan. FPI dilarang pemerintah bukan karena aksi terorisme,” papar Nasir Abbas.

- Advertisement -

Ia mencontohkan oknum polisi dan PNS bisa terpapar terorisme. “Ada oknum polisi dan PNS terpapar terorisme berangkat ke Suriah. Ini individunya dan tidak terkait dengan organisasinya,” jelasnya.

Nasir Abbas mengatakan, FPI berbeda dengan Jamaah Anshorut Daulah (JAD) yang disebut terlibat dalam aksi bom bunuh diri di depan gereja Katedral Makassar.

- Advertisement -

“JAD secara organisasi mempunyai visi dalam menjalankan aksi teror dan sudah ada perintah dari pemimpin menjalankan aksinya,” paparnya.

Pendapat Nasir Abbas sama dengan Pengamat terorisme di Institute for Policy Analysis of Conflict Sidney Jones menilai tuduhan terorisme “kurang tepat” dialamatkan kepada FPI.

Sidney, yang mengatakan sudah melihat nama-nama dalam daftar pemerintah, membenarkan bahwa ada begitu banyak di antara mereka yang pernah menjadi anggota FPI.

Tapi, katanya, ada juga yang pernah menjadi anggota Jemaah Tablig, Pemuda Muhammadiyah, atau Partai Keadilan Sejahtera.

Menurut Sidney, orang yang sudah berniat untuk menjadi militan seringkali bereksperimen dengan beberapa organisasi sebelum akhirnya bergabung dengan yang paling militan.

“Jadi sebagian besar yang dituduh [sebagai anggota] FPI atau [benar anggota] FPI menjadi teroris, adalah orang yang dikeluarkan dari FPI justru karena mereka dianggap terlalu radikal,” katanya kepada BBC News Indonesia. (AHM/SN)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini