spot_img
Jumat, April 26, 2024
spot_img

Moskow: AS dan Inggris Menginginkan Konflik yang Lebih Luas antara Rusia dan Uni Eropa!

KNews.id- Amerika Serikat dan Inggris ingin meningkatkan konflik Rusia-Ukraina menjadi konfrontasi yang lebih besar antara Moskow dan Uni Eropa. Pihak Barat benar-benar ingin mengubah perang ini menjadi perang nyata dan memulai konfrontasi antara Rusia dan negara-negara Eropa. Demikian diungkapkan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dalam sebuah wawancara dengan RT dan Sputnik, Rabu (20/7).

“Rekan-rekan Amerika kami, mitra Inggris… dengan dukungan aktif dari Jerman, Polandia, dan negara-negara Baltik, mereka benar-benar ingin mengubah perang ini menjadi perang nyata dan memulai konfrontasi antara Rusia dan negara-negara Eropa,” kata Lavrov.

- Advertisement -

“Pemerintah Barat terus menghalangi Ukraina dari langkah konstruktif apa pun menuju penyelesaian damai,” tegas Lavrov.

“[Ukraina] tidak hanya [dipompa] dengan senjata. Mereka terpaksa menggunakan senjata ini dengan cara yang semakin berisiko.” imbuh dia.

- Advertisement -

Seperti diketahui, Rusia menggelar operasi militernya di negara tetangganya Ujraina sejak pada akhir Februari. Banyak negara, termasuk anggota NATO, memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Moskow dan telah memasok senjata berat ke Kiev.

Pengiriman terbaru termasuk peluncur roket ganda M142 HIMARS buatan AS dan howitzer M777. Lavrov mengklaim bahwa AS dan Inggris bertindak untuk keuntungan mereka sendiri dalam konflik antara Rusia dan Uni Eropa karena sesungguhnya ekonom negara-negarai anggota blok justru menanggung beban dari sanksi tersebut.

- Advertisement -

Dia menambahkan bahwa AS telah bertindak “tidak bertanggung jawab” dengan memicu ketegangan dengan Rusia. Mereka memainkan permainan yang sangat berbahaya.

“Saya tidak berpikir mereka memahaminya sendiri. Tapi kemudian, di Eropa, banyak orang mulai memahami itu,” sebut lavrov.

Presiden AS Joe Biden pekan lalu mengatakan bahwa Rusia harus mengalami “kegagalan strategis” di Ukraina dan berjanji akan lebih banyak mendukung Kiev.

Seperti diketahui, Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, dengan dalih kegagalan Kiev untuk mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang dirancang untuk memberikan status khusus wilayah Donetsk dan Lugansk di dalam negara Ukraina. Yaitu sebuah Protokol, yang ditengahi oleh Jerman dan Prancis, pertama kali ditandatangani pada tahun 2014.

Sejak itu, mantan Presiden Ukraina Pyotr Poroshenko mengakui bahwa tujuan utama Kiev adalah menggunakan gencatan senjata untuk mengulur waktu dan “menciptakan angkatan bersenjata yang kuat”.

Pada Februari 2022, Kremlin mengakui republik Donbass sebagai negara merdeka dan menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun.
Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan. (AHM/intpnws)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini