KNews.id – Jakarta – Husnudzon atau berprasangka baik adalah salah satu akhlak mulia yang dianjurkan dalam Islam. Sikap ini mengajak kita untuk selalu melihat orang lain dengan pandangan positif dan menghindari prasangka buruk (su’udzon) yang bisa menimbulkan fitnah dan kerusakan.
Anjuran untuk menjauhi prasangka buruk ditegaskan dalam Surah Al-Hujurat ayat 12, yang berbunyi:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ
Arab latin: Yā ayyuhal-lażīna āmanujtanibū kaṡīram minaẓ-ẓann(i), inna ba’daẓ-ẓanni iṡmuw wa lā tajassasū wa lā yagtab ba’ḍukum ba’ḍā(n), ayuḥibbu aḥadukum ay ya’kula laḥma akhīhi maitan fa karihtumūh(u), wattaqullāh(a), innallāha tawwābur raḥīm(un).
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.
Ayat ini menekankan bahwa prasangka buruk (su’udzon) dapat berujung pada dosa, serta dapat merusak hubungan sosial di antara sesama muslim. Oleh karena itu, menjaga prasangka baik (husnudzon) merupakan bagian dari takwa dan adab sosial dalam Islam.
Dalam buku Jalan Menggapai Ridho Ilahi yang diterbitkan oleh Bahasa dan Sastra Arab, UIN Sunan Gunung Djati, istilah “husnudzon” berasal dari dua kata dalam bahasa Arab, yaitu husnu yang berarti “baik” dan az-zan yang berarti “prasangka”. Secara bahasa, husnudzon dapat diartikan sebagai berprasangka baik.
Secara terminologis, husnudzon merujuk pada sikap mental dan cara berpikir yang mendorong seseorang untuk melihat suatu hal dari sisi yang positif. Ini mencerminkan pandangan yang ramah, tidak mudah menghakimi, serta bersikap terbuka dan hangat dalam menghadapi berbagai keadaan. Dalam ajaran Islam, sikap ini sangat dianjurkan karena mencerminkan akhlak yang terpuji.
Seorang muslim sebaiknya mengedepankan husnudzon ketika menghadapi berbagai situasi, sehingga dapat menampilkan sikap yang penuh keramahan dan tidak tergesa-gesa dalam menilai sesuatu. Meski demikian, Islam juga menekankan pentingnya bersikap hati-hati terhadap hal-hal yang belum pasti kebenarannya. Sikap positif harus tetap disertai dengan kehati-hatian agar tidak terjerumus dalam kesalahan atau fitnah.
Dampak Positif dari Sikap Husnudzon
Setiap sikap yang mencerminkan akhlak mulia pasti memberikan dampak positif, baik bagi pelakunya maupun bagi orang lain di sekitarnya. Salah satu contoh akhlak terpuji adalah husnudzon, yaitu berprasangka baik kepada orang lain. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Isra’ ayat 7:
اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ ۗوَاِنْ اَسَأْتُمْ فَلَهَاۗ فَاِذَا جَاۤءَ وَعْدُ الْاٰخِرَةِ لِيَسٗۤـُٔوْا وُجُوْهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوْهُ اَوَّلَ مَرَّةٍ وَّلِيُتَبِّرُوْا مَا عَلَوْا تَتْبِيْرًا
Arab latin: In aḥsantum aḥsantum li’anfusikum, wa in asa’tum fa lahā, fa iżā jā’a wa’dul-ākhirati liyasū’ū wujūhakum wa liyadkhulal-masjida kamā dakhalūhu awwala marratiw wa liyutabbirū mā ‘alau tatbīrā(n).
Artinya: Jika berbuat baik, (berarti) kamu telah berbuat baik untuk dirimu sendiri. Jika kamu berbuat jahat, (kerugian dari kejahatan) itu kembali kepada dirimu sendiri. Apabila datang saat (kerusakan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu, untuk memasuki masjid (Baitulmaqdis) sebagaimana memasukinya ketika pertama kali, dan untuk membinasakan apa saja yang mereka kuasai.
Perilaku husnudzon membawa sejumlah dampak positif dalam kehidupan sosial, masih dari sumber sebelumnya, berikut beberapa manfaatnya.
1. Mempererat Hubungan Batin
Sikap husnudzon dapat memperkuat ikatan emosional antara seseorang dengan orang lain yang ia anggap telah melakukan kebaikan.
2. Menumbuhkan Kepercayaan
Dengan berprasangka baik, seseorang akan lebih mudah mendapatkan kepercayaan dari orang yang dipersepsikan berbuat baik, sehingga menciptakan hubungan yang saling menghargai.
3. Memperkuat Tali Persaudaraan
Husnudzon membantu membangun suasana yang harmonis dalam masyarakat dan mempererat rasa persaudaraan antarsesama.
Hukum Husnudzon
Dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari yang dikutip dari buku Akidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII susunan Harjan Syuhada, Fida’ Abdilah, Rasulullah SAW bersabda,
“Janganlah kalian berprasangka buruk, karena sesungguhnya prasangka buruk adalah perkataan paling dusta.” (HR Bukhari)
Hadits ini mengingatkan kita bahwa berprasangka buruk adalah perbuatan tercela. Seseorang yang suudzon (berprasangka buruk) akan mudah menuduh orang lain melakukan kejahatan, padahal belum tentu tuduhan itu benar. Akibatnya, hubungan dengan orang yang dicurigai bisa menjadi renggang dan tidak harmonis.
Oleh karena itu, sikap ini harus dihindari. Sebagai gantinya, kita dianjurkan untuk bersikap husnudzon atau berprasangka baik. Dengan husnudzon, kita dapat menjaga hubungan persaudaraan, menghindari permusuhan, dan menciptakan suasana yang penuh kedamaian.
Berprasangka baik kepada Allah SWT dan Rasul-Nya hukumnya wajib bagi setiap muslim. Artinya, kita harus yakin sepenuh hati bahwa setiap perintah Allah dan Rasul-Nya membawa kebaikan bagi manusia. Begitu juga, kita harus percaya bahwa semua larangan agama pasti memiliki dampak buruk apabila dilanggar.
Sementara itu, berprasangka baik kepada sesama manusia hukumnya mubah atau boleh. Meskipun tidak diwajibkan, sikap ini sangat dianjurkan karena membawa dampak positif, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Orang yang selalu berprasangka baik akan lebih mudah membangun hubungan yang sehat dan saling menghargai. Sebaliknya, suudzon atau prasangka buruk terhadap orang lain hukumnya haram karena dapat menimbulkan fitnah, kebencian, dan perpecahan dalam masyarakat.