spot_img
Jumat, April 26, 2024
spot_img

Mengejutkan! Pengakuan Ilmuwan Top Dunia Kebanggaan RRC terkait Corona!

KNews.id- Kemunculan virus corona diakhir tahun 2019 masih menyimpan tanda tanya besar. Kini pandemi yang dikenal dengan sebutan Covid-19 itu masih mewabah menyebar di setaip pelosok negara. Saat banyak pihak cari tahu asal muasal virus corona, salah satu ahli epidemiologi top dunia tiba-tiba buat pengakuan.

Dalam sebuah pernyataan, ia mengakui pertama kali mendengar wabah pandemi di Wuhan, China lebih dari dua minggu sebelum dilaporkan ke WHO. Pengakuan itu meluncur dari mulut Ian Lipkin, seorang profesor di Universitas Columbia yang dihormati oleh negara China. Profesor Ian Lipkin diketahui ikut terjun dalam memerangi Sars, kini pernyataannya telah merusak narasi yang dibangun oleh China soal asal-usul virus corona.

- Advertisement -

Ian Lipkin mengaku dalam sebuah film dokumenter yang baru-baru ini dibuat oleh sutradara Spike Lee. Profesor Ian Lipkin mengungkapkan jika ia mengetahui wabah baru muncul pada 15 Desember 2019 silam.

Namun di sisi lain China mengklaim hanya ada 5 pasien yang diketahui waktu penularannya di Wuhan.

- Advertisement -

Dengan kasus terkonfirmasi paling awal dar seorang pasien dengan virus corona baru yang diduga muncul satu minggu sebelumnya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) diklaim tak diberi tahu selama 16 hari setelah Taiwan akhirnya membunyikan alam.

Penundaan dilakukan China, bersama dengan menutup-nutupi penularan terhadap manusia dan kemungkinan virus menyebar dengan cepat, serta konsekuensi munculnya bencana.

- Advertisement -

“Latar belakang virus di Wuhan masih menimbulkan banyak pertanyaan yang sangat membutuhkan jawaban untuk memastikan kita menghindari terulangnya pandemi yang telah sangat merugikan kita semua,” kata anggota parlemen Tory Tom Tugendhat, ketua Komite Urusan Luar Negeri, dikutip dari Daily Mail.

Dikatakannya, China perlu berhenti memasang penghalang, agar dunia dapat memahami apa yang terjadi dan mempelajari semua pelajaran yang diperlukan untuk mencegah pandemi di masa depan.’

Intervensi Prof Lipkin itu tentu saja telah mengikis upaya China untuk menutupi kebenaran tentang kemunculan pandemi. Selama hampir 2 tahun China berusaha menyembunyikan data, membungkam dokter, memenjarakan jurnalis hingga menyalahkan negara lain atas pandemi yang bermula di kotanya.

Dalam sebuah rekaman video, seorang ilmuwan asal AS yang telah bekerja di China selama 2 dekade mengaku telah mendengar soal wabah sejak pertengahan Desember 2019 lalu.

Prof Ian Lipkin mengatakan, dia telah ‘melacak’ penyakit itu bersama dengan teman-temannya di Pusat Pengendalian Penyakit didampingi pemerintah nasional.

Ia juga mengaku telah diberi tahu oleh mitra peneliti China Lu Jiahai, seorang profesor kesehatan masyarakat di Univesitas Guangzhou jika epidemi (virus corona) dapat dicegah jika sistem peringatan berfungsi dengan baik.

Klaim prof Ian Lipkin tentu saja bertentangan dengan narasi yang dikeluarkan China yang mengaku seorang dokter di Wuhan pertama kali melaporkan virus corona pada 27 Desember 2019 lalu, usai melihat sebuah kasu di rumah sakit.

Faktanya, virus corona telah tersebar bahkan sebelum tanggal tersebut, bahakn wartawan lokal melaporkan jika sebuah laboratorium di Guangzhou China telah mengumpulkan urutan genom virus yang hampir lengkap.

Pihak laboratorium dikabarkan sudah melihat adanya kesamaan patogen dengan Sars, dan langsung meneruskan data ke Akademi Ilmu Kedokteran China. Namun kemudian laporan yang dibuat oleh media lokal itu dihapus oleh otoritas China.

Sebagai seorang peneliti top dunia, pengakuan prof Ian Lipkin mengejutkan banyak pihak, ia menjadi kunci dari teka-teki asal muasal virus corona. Prof Lipkin bahkan mengakui saat ikut dalam penelitian soal kelelawar di China, pandangannya berubah.

Setelah mengetahui bahwa eksperimen virus corona kelelawar yang dilakukan oleh para ilmuwan Wuhan di laboratorium berisiko tinggi bocor, Pro Ian Lipkin memilih mundur. Ia mengungkapkan jika keamanan hayati di Laboratorium Wuhan cukup rendah.

“Jika mereka memiliki ratusan sampel kelelawar yang masuk, dan beberapa di antaranya tidak dikarakterisasi, bagaimana mereka tahu apakah virus ini ada atau tidak ada di lab itu? Mereka tidak akan mengetahuinya,” katanya. (AHM/pkrnr)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini