KNews.id – Jakarta, Surah al-Asr mengajarkan kepada umat Islam jalan keluar dari keadaan merugi. Kandungan firman Allah ini juga menunjukkan cara-cara dalam mengatasi berbagai persoalan kehidupan.
وَالْعَصْرِ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ. اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa, sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran” (QS al-Asr: 1–3).
Iman kepada Allah
Keimanan seorang Muslim kepada Allah SWT, Nabi-Nya, dan kitab-Nya (Alquran) membuat kita memahami bahwa kehidupan ini merupakan kesempatan untuk beramal sebaik-baiknya. Dengan iman, manusia dapat meraih kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat.
Allah Ta’ala berfirman:
الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُ
“Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Mahapengampun.” (QS Al-Mulk: 2)
Berbuat baik
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
مَنۡ عَمِلَ صَالِحًـا مِّنۡ ذَكَرٍ اَوۡ اُنۡثٰى وَهُوَ مُؤۡمِنٌ فَلَـنُحۡيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةً ۚ وَلَـنَجۡزِيَـنَّهُمۡ اَجۡرَهُمۡ بِاَحۡسَنِ مَا كَانُوۡا يَعۡمَلُوۡنَ
“Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS An-Nahl: 97)
Manusia hidup di dunia hanya dalam waktu yang terbatas. Karena itu, mereka hendaknya berlomba-lomba berbuat kebaikan, termasuk mengamalkan ajaran iman.
Nabi Muhammad SAW mencontohkan akhlak yang indah: berbuat baik, dermawan, pemaaf, adil, setia, dan berakhlak mulia lainnya. Karakter inilah yang perlu diteladani setiap Muslim.
Mengajak pada kebenaran
Kunci ketiga yang disebutkan dalam surah ini adalah berpegang pada kebenaran. Kebenaran itu meliputi keimanan kepada Allah SWT dan keyakinan terhadap firman-Nya dalam Alquran, yang menjelaskan bahwa dunia bersifat sementara dan bahwa manusia akan mengalami suka dan duka.
Allah berfirman:
وَاِذَا مَسَّ الۡاِنۡسَانَ ضُرٌّ دَعَا رَبَّهٗ مُنِيۡبًا اِلَيۡهِ ثُمَّ اِذَا خَوَّلَهٗ نِعۡمَةً مِّنۡهُ نَسِىَ مَا كَانَ يَدۡعُوۡۤا اِلَيۡهِ مِنۡ قَبۡلُ وَجَعَلَ لِلّٰهِ اَنۡدَادًا لِّيُـضِلَّ عَنۡ سَبِيۡلِهٖ ؕ قُلۡ تَمَتَّعۡ بِكُفۡرِكَ قَلِيۡلًا ۖ اِنَّكَ مِنۡ اَصۡحٰبِ النَّارِ
“Dan apabila manusia ditimpa bencana, dia memohon pertolongan kepada Tuhannya dengan kembali taat kepada-Nya. Tetapi apabila Dia memberikan nikmat kepadanya, dia lupa (akan bencana) yang pernah dia berdoa kepada Allah sebelum itu, dan diadakannya sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah, ‘Bersenang-senanglah kamu dengan kekafiranmu itu untuk sementara waktu. Sungguh, kamu termasuk penghuni neraka.’” (QS Az-Zumar: 8)
Manusia perlu saling mengingatkan tentang kebenaran ini. Sebab, kecenderungan manusia adalah mudah lupa akan nikmat Allah. Hanya mengingat-Nya ketika mereka berada dalam kesulitan.
Ujian kehilangan nikmat sering kali merupakan cara Allah SWT mengangkat derajat hamba-Nya. Banyak kisah dalam Alquran menunjukkan bahwa kesengsaraan justru menjadi jalan menuju kekuatan dan kemuliaan.



