spot_img
Sabtu, April 20, 2024
spot_img

Layanan Transaksi LCS, Dimaksimalkan oleh BNI

KNews – Layanan transaksi LCS, dimaksimalkan oleh BNI. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) bersama Kantor Perwakilan BI Tokyo, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo turut mensosialisasikan penggunaan mata uang lokal atawa local currency settlement (LCS).

Duta Besar Indonesia untuk Jepang, Heri Ahmadi menilai potensi pemanfaatan LCS masih sangat besar.

- Advertisement -

Terlebih, lanjutnya, nilai transaksi terkait LCS dengan mata uang yen cukup besar dibanding beberapa negara lain yang telah meneken perjanjian kerja sama ini.

“Di antara LCS Indonesia, Jepang nilai terbanyak, tetapi masih sangat banyak ruang-ruang peluang yang terbuka,” terang Heri, dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Selasa (11/1).

- Advertisement -

Pelaksanaan LCS bergantung pada layanan perbankan yang telah ditunjuk oleh BI. Saat ini, ada belasan bank yang dimandatkan bank sentral sebagai Appointed Cross Currency Dealer (ACCD).

Lewat LCS, diharapkan perusahaan-perusahaan Jepang yang memiliki cakupan bisnis ke Indonesia, dan perusahaan-perusahaan Indonesia yang memiliki eksposur usaha ke Jepang bisa lebih efisien karena tidak perlu repot-repot mengkonversi nilai tukar.

- Advertisement -

“LCS akan sangat mempermudah transaksi antara PT (perusahaan-perusahaan) di Indonesia & Jepang,” kata Heri.

Dalam perkembangan tersebut, BNI sebagai satu-satunya bank nasional yang eksis di Negeri Sakura lewat keberadaan kantor cabangnya di Tokyo memiliki potensi besar untuk mendukung peningkatan transaksi LCS dengan mata uang yen.

BNI ditunjuk BI sebagai ACCD untuk memfasilitasi transaksi LCS melalui pembukaan rekening mata uang negara mitra sejak tahun 2018. Hal ini diharapkan akan semakin banyak pelaku usaha yang memanfaatkan layanan LCS untuk mengembangkan usahanya.

Direktur Treasury & Internasional BNI, Henry Panjaitan mengatakan, transaksi LCS BNI meningkat signifikan sekitar 6,25%. Dari 4 negara yang memiliki kerja sama LCS, Jepang pun menjadi negara dengan aktivitas transaksi valuta asing paling menonjol.

“Kami pun telah menyiapkan strategi untuk mendukung kenaikan transaksi LCS. Tahun ini, BNI bakal meningkatkan literasi kepada seluruh nasabah, yang akan didukung juga oleh beberapa stimulus sehingga aktivitas transaksi LCS bisa meningkat,” terangnya.

Sementara itu, Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kementerian Perdagangan (Kemendag) Kasan Muhri menyebut, salah satu aspek penting dalam implementasi LCS yakni kehadiran bank pelaksana agar implementasi LCS bisa lebih efektif dan ketergantungan terhadap dolar AS berkurang.

“Sebenarnya bukan semata-mata banyak LCS-nya, tetapi yang lebih penting  adalah efektivitas dari implementasinya. Kemudian porsi valuta asing non-USD yang menjadi target pengurangan ketergantungan terhadap dolar AS,” kata Kasan.

Salah satu Bank pelat merah yang memiliki banyak jaringan Kantor Cabang Luar Negeri (KCLN) dan mendukung aktivitas ekspor dan impor adalah BNI. Saat ini BNI memiliki KCLN di 6 negara, yakni Singapura, Hong Kong, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Inggris.

Artinya BNI memiliki peran besar dalam implementasi LCS dengan berbagai negara mitra dagang Indonesia. Kasan mengatakan idealnya bank pelaksana atau bank yang memfasilitasi implementasi LCS, harus ada di masing-masing negara yang melakukan LCS.

“BNI harus menyediakan likuiditas rupiah di setiap negara yang Indonesia punya LCS untuk efektifitas implementasinya,” ungkapnya. (RKZ/kkci)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini