spot_img
Senin, April 29, 2024
spot_img

KPR Syariah Dinilai Lebih Menarik Dikala Suku Bunga Tren Sedang Naik

KNews – KPR Syariah dinilai lebih menarik dikala suku bunga tren sedang naik. Perbankan syariah memiliki kesempatan untuk menggenjot pembiayaan kepemilikan rumah mulai Semester II-2022.

Hal ini seiring dengan proyeksi kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI-7DRR) yang telah bertahan selama 17 bulan terakhir.

- Advertisement -

BI menetapkan suku bunga acuan ke level paling rendah sepanjang sejarah pada Februari 2021 yakni menjadi 3,5%. Penurunan ini dilakukan secara bertahap setelah BI-7DRR menyentuh 6% pada Juni 2019.

Kendati demikian, perekonomian global dibayangi inflasi tinggi, sehingga Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed) mendorong kenaikan suku bunga acuan lebih agresif.

- Advertisement -

Hal itu dinilai cepat atau lambat akan mempengaruhi suku bunga acuan di Indonesia untuk kembali merangkak lebih tinggi.

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin menjelaskan, di tengah tren kenaikan suku bunga acuan, bank syariah memiliki nilai jual lebih tinggi, dibandingkan dengan bank konvensional dalam memasarkan pembiayaan kepemilikan rumah atau lebih dikenal dengan KPR syariah.

- Advertisement -

“Saat BI rate naik, bank konvensional akan dalam posisi mau tidak mau menaikan suku bunga KPR mengikuti pasar [floating]. Bank syariah sudah dalam posisi menjual pembiayaan dengan cicilan tetap, sehingga tidak ada kenaikan cicilan,” kata Amin di Jakarta, Selasa (12/7/2022).

Dari sudut pandang konsumen, kata Amin, cicilan tetap akan lebih menarik dibandingkan dengan produk yang menawarkan suku bunga tak tetap mengikuti suku bunga acuan yang berangsur naik.

Terlebih kondisi perekonomian ke depan dibayangi ketidakpastian tinggi seiring dengan konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina.

“Ada dua kesempatan di sini bagi bank syariah, ambil nasabah baru, atau ambil nasabah existing KPR bank konvensional,” tambah Amin.

Namun untuk mengambil kesempatan tersebut, dibutuhkan keberanian dan perhitungan yang matang. Bank syariah bisa bermain lebih agresif dengan menyasar generasi milenial.

Salah satu syaratnya adalah berani menawarkan tenor panjang seperti KPR milenial yang diberikan bank konvensional.

Hal ini terkait pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang sebelumnya pernah menyinggung bahwa generasi milenial akan sulit membeli rumah, dikarenakan lonjakan inflasi.

Hal itu dapat menjadi peluang bagi bank syariah dalam peningkatan pangsa pasar KPR.

Penetrasi

Dia pun menyebut saat ini di Indonesia ada dua bank syariah yang mumpuni untuk memperdalam penetrasi KPR syariah. Yaitu PT Bank Syariah Indonesia Tbk. atau BSI yang terafiliasi kepada pemerintah, dan PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. Menurutnya, BSI saat ini berstatus sebagai bank syariah terbesar di Indonesia.

Dari segi aset dan permodalan, BSI sangat pantas untuk berkompetisi dengan bank konvensional di dalam arena pembiayaan rumah. Kendati lahir pada awal 2021 atas merger 3 bank Syariah milik 3 bank BUMN, BSI kini menempati peringkat kelima di bisnis pembiayaan perumahan dengan total nilai Rp41 triliun.

Calon bank syariah pertama berstatus BUMN ini berada di bawah BTN (Rp 225 triliun), BCA (Rp 98 triliun), BNI (Rp51 triliun), dan Mandiri (Rp 47 triliun). Bahkan pada kuartal I/2022, BSI mencatat pertumbuhan pembiayaan rumah sebesar 8,44% secara tahunan atau year-on-year (yoy). Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri yang hanya sekitar 1% yoy.

Sementara itu, PT Bank Muamalat Tbk saat ini disokong oleh modal kuat Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), yang memiliki saham 77,42% di bank syariah tersebut. “Kalau dua bank ini bergerak lebih agresif dengan meniru cara jualan bank konvensional, pangsa pasar KPR syariah akan naik signifikan,” kata Amin. (RKZ/investor)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini