spot_img
Selasa, April 30, 2024
spot_img

Kisah Uwais Al-Qarni yang Gendong Ibunya dan Risalah Jemaah Haji Lansia

KNews.id – Dalam khazanah Islam, Uwais al Qarni merupakan sosok yang populer. Pemuda Yaman ini saleh, sekaligus amat berbakti kepada ibunya.

Kisah inilah yang memantik Khaeroni (Tim Monev Penyelenggaraan Haji Indonesia 1444 H), menyandingkan dengan kondisi sekarang, di mana jemaah haji lansia menjadi prioritas. Banyaknya jemaah lansia membuat simpati dan empati jemaah haji lainnya diuji.

- Advertisement -

Enam+01:23VIDEO: Unik! Salon Kambing Dibuka Jelang Idul Adha
Terbukti kemudian, banyak yang berlaku seperti Sahabat Nabi, Uwais Al Qarni, meski bukan ibunya sendiri. Mereka menggendong para lansia dalam prosesi jemaah haji. Berikut ulasan Khaeroni, dikutip dari laman Kemenag.

Berbicara tentang memuliakan manusia apalagi terhadap seorang ibu, kita perlu belajar kepada salah seorang sahabat Nabi. Pemuda ini tidak pernah berjumpa dengan nabi. Dia seorang pemuda miskin yang tinggal di pinggiran Yaman, namanya Uwais Al-Qarni.

- Advertisement -

Uwais Al-Qarni bukan pemuda terkenal. Dia miskin dan memiliki penyakit kulit. Namun, ia pernah disebut Rasulullah SAW sebagai pemuda yang sangat dicintai Allah dan terkenal di langit.

Dikisahkan, Uwais al Qarni sehari-hari mencari nafkah dengan berdagang dan menggembala kambing milik orang lain. Dia masuk Islam setelah beberapa sahabat yang diutus Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdakwah di Yaman.

- Advertisement -

Di rumahnya yang kecil dan reyot, Uwais al Qarni hidup berdua dengan sang ibu yang seorang tunanetra. Satu hari, dia berkata, “Tidak akan pernah terlontarkan dari mulut ibuku, kecuali akan kulakukan yang dia inginkan.”

“Wahai Uwais, ibu sudah tua. Andai kematian mendatangi ibu, ada keinginan yang ibu ingin sampaikan,” kata Ibunya satu waktu.

“Apa itu, Ibu? Katakan,” jawab Uwais al Qarni penasaran. “Ibu ingin pergi haji,” jelas sang ibu yang sudah sangat renta kepada Uwais al Qarni.

Uwais termenung, memikirkan bagaimana mewujudkan hal itu, sedangkan mereka berjarak ribuan kilometer dari Tanah Suci dan keadaannya sangat miskin. Namun Uwais tidak menyerah. Dia mendapat cara untuk melatih dirinya agar dapat menggendong ibunya ke Kota Makkah.

Dia membeli seekor anak sapi yang setiap hari digendongnya menaiki puncak gunung. Naik-turun, naik-turun, tiada henti. Delapan bulan berselang, fisik Uwais terbentuk, besar, dan kuat menggendong.

Kemudian mulailah ibunya digendong, menempuh jarak yang sangat jauh menuju Makkah untuk berhaji. Di sana, sang ibu diajak tawaf 7 putaran sampai selesai, lalu dibawa ke makam Nabi Ibrahim untuk salat 2 rakaat, dan sai.

Petikan kisah di atas menyentuh hati kita semua, betapa humanitas kepada sesama manusia, apalagi terhadap seorang ibu yang berniat haji, menjadi sebuah keniscayaan. Banyaknya jemaah haji Indonesia berusia lansia dan risiko tinggi (risti) juga telah menumbuhkan rasa kemanusiaan yang luar biasa. (RZ/LE)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini