spot_img
Jumat, April 26, 2024
spot_img

Kenaikan Harga Solar Bakal Cepat Kerek Inflasi Ketimbang Pertalite

KNews.id-Ekonom Senior Faisal Basri memprediksi pemerintah akan menjaga kenaikan harga BBM jenis Solar agar tidak terlalu melonjak. Pasalnya, kenaikan harga Solar bisa berpengaruh lebih besar terhadap inflasi dibandingkan Pertalite.

“Saya cukup yakin pemerintah akan menjaga harga Solar tetap sangat murah karena efek inflasinya,” ujar Faisal kepada wartawan di Jakarta pusat, Senin (29/8).

- Advertisement -

Ia mengatakan kenaikan harga Solar bisa berdampak lebih besar ke inflasi karena konsumen didominasi oleh kendaraan angkutan. Berbeda halnya dengan Pertalite.

“Pertalite itu tidak akan menimbulkan inflasi yang spiral. Solar kan (buat) harga barang naik, sehingga inflasinya naik lebih cepat,” jelasnya.

- Advertisement -

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan kenaikan harga BBM subsidi, Pertalite maupun Solar, akan membuat inflasi melonjak.

“Ini ada hitungan risiko. Kalau itu kita biarkan sesuai dengan harga pasar dan keekonomian, inflasi kita juga bisa meledak,” ujarnya dalam wawancara eksklusif dengan CNBC Indonesia, Kamis (18/8).

- Advertisement -

Karenanya, ia mengaku masih menahan harga BBM subsidi meskipun harga minyak mentah dunia sudah melambung tinggi. Caranya, dengan memilih opsi menambah anggaran subsidi energi.

Menurut Jokowi, dengan harga minyak mentah dunia saat ini, harga keekonomian Pertalite di kisaran Rp17.100 per liter. Tetapi faktanya, Indonesia masih menjual Pertalite Rp7.650 per liter.

Begitu pula dengan Solar, yang harga keekonomiannya saat ini di kisaran Rp19 ribu per liter, namun masih dijual Rp5.150 per liter oleh Pertamina.

Sementara negara lain di dunia sudah mengerek harga Pertalite menjadi Rp17 ribu per liter. Bahkan, ada yang membanderol harga di kisaran Rp31 ribu per liter.

Tak cuma Pertalite dan Solar, Pertamax pun harganya masih disubsidi sehingga hanya dijual Rp12.500 per liter. Padahal, harga keekonomiannya Rp17.300 per liter.

Keputusan yang diambil pemerintah untuk mempertahankan harga ini lah yang membuat anggaran subsidi membengkak menjadi Rp502,4 triliun dari sebelumnya Rp170 triliun.

“Itu ada plus minusnya atau daya beli masyarakat menjadi turun atau lari lagi ke growth kita menjadi turun juga karena konsumsi rakyat menurun. Ini pilihan-pilihan. Memang sekali lagi dunia dalam keadaan sulit dan kita pun berada dalam posisi itu. Kita hanya memiliki keuntungan harga komoditas,” pungkasnya. (Ach/Cnnind)

Berita Lainnya

Direkomendasikan

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini