Oleh: Damai Hari Lubis, Ketua Aliansi Anak Bangsa
KNews.id- Kami sependapat dengan pendapat senioren aktivis muslim Eggi, karena selain fakta dan empiris juga cukup sistematis dan ilmiah, hal ini sah dan hak bagi setiap individu WNI (memenuhi unsur-unsur yuridis formil) untuk menyampaikan sebuah saran, protes dan kritik serta termasuk himbauan atau bahkan desakan kepada seorang atau lebih pemimpin.
Jika dirasakan dan faktual berbuat lalai atau pelanggaran, bahkan ternyata dari kaca mata hukum kesalahan atau penyimpangan tersebut menyentuh sebuah atau benyak keputusan atau kebijakan publik termasuk semisal diantaranya banyak janji janji yang tidak ditepati.
Terlebih ketika hal hal “penyimpangan”itu terkait dan menyentuh sebuah peristiwa yang prinsip, semisal penegakan hukum yang tidak mengacu kepada rule of law, dan atau adanya faktor pendiaman seorang pemimpin yang berkuasa terhadap beberapa peristiwa perilaku penegakan hukum dari aparatur pemerintahan dibawah kendalinya yang menyimpang atau berlawanan dengan due proccess of law.
Maka secara konstitusional seorang pemimpin bisa saja dihimbau atau diminta massa dengan cara ” turun rame rame, ” jika hal – hal terkait yang dilakukan seorang pemimpin dimaksud diperkirakan telah atau akan berimbas kerugian yang cukup fatal kepada mayoritas rakyat bangsa ini, adapun dasar terkait ‘ masyarakat turun rame rame ” ini. Memang memiliki payung hukum atau dilindungi sistem konstitusi di NKRI.
Oleh karenanya statemen Eggi sebagai WNI memiliki hak untuk mendesak seorang presiden turun dari jabatannya walau disampaikan ke publik secara individual dan lisan. Maka amat disesalkan terhadap pendapat Eggi ini, banyak komentar dari publik yang terkesan lucu, ini sangat disayangkan, karena kebanyakan komen penolakan yang ada tanpa argumentasi hukum, tanpa bantahan secara ke ilmuan mengenai kemiskinan struktural yang dibuat oleh Jokowi.
Adapun bantahan yang ada dari mereka para kelompok yang dikenal sebutannya diranah publik sebagai BuzseRp atau cebongers, melulu membela model membabi buta (nyinyir). (AHM)
