Oleh : Sutoyo Abadi
KNews.id – Jakarta, Carl Von Clausewitz ( filsuf perang ) menjelaskan tentang “friksi : bahwa rencana dan apa yang akan terjadi, terkait friksi tidak akan bisa lepas dari pikiran beradaptasi hal hal yang tidak terduga. Apabila tidak sadar situasi sudah berubah respon tetap statis, ia akan mendatangkan bahaya bagi dirinya ”
Seekor kodok begitu jumawa loncat sana sini begitu keluar got di tangkap seekor musang tanah. Menyadari bahwa sebentar lagi akan di bunuh sang kodok minta ampun. Sang musang mengatakan bahwa ia tidak mungkin akan melepaskan sang kodok sebab musang adalah musuh alami segala jenis kodok. Sang kodok mengatakan bahwa dirinya bukan kodok melainkan tikus. Maka ia pun lolos dari bahaya dengan tipuan tersebut.
Sang kodok setelah lolos ketangkap lagi oleh musang lainnya, kembali minta ampun agar jangan di makan oleh sang musang kedua ini. Musang mengatakan ia sangat membenci tikus, tipuan di mainkan kembali bahwa dirinya bukan tikus tetapi kodok , demikian kembali lolos.
Sang kodok terus bermain lincah dengan tipuannya yang selama ini merasa selalu lolos, aman dan berhasil dari sergapan masih bisa melepaskan diri dari mara bahaya . Yakin tipuannya yang itu itu saja sebagai senjata andalannya untuk mengamankan diri.
Sang kodok makin percaya diri tidak pernah sadar bahwa yang dulu pernah sukses dan tidak bisa melepaskan masa lalunya merasa terlalu sakti untuk diterkam, itu awal bencana yang berbahaya bagi dirinya, imajinasi yang ekstrim dengan tipuannya dan menjadi rutinitas adalah awal kehancurannya.
Itulah Jokowi akan terus terlibat dalam rekayasa tipuan agar bisa lolos untuk ditangkap. Akhirnya akan terjerembab dari tipuan demi tipuan sendiri yang yang sudah terbaca sangat jelas sebagai pertahanan dirinya.
Kedigdayaan seseorang tidak dapat diulang apalagi hanya mengandalkan kebohongan dan tipuan. Kedigdayaan seperti itu tidak memiliki rumus ghaib apalagi hanya menyandarkan pada mitos, ilmu mistis dari para dukun.
Posisi Jokowi sudah kaku dan statis akan menjatuhkan dirinya lebih cepat karena situasi akan terus berubah sama sekali baru apalagi dengan bayangan seolah olah masih berkuasa.
Metode Dostoyezsky agak ekstrim bahwa “seseorang yang terjebak pada imajinasi kekuasaan tidak bisa membebaskan diri cengkeraman masa lalunya, apalagi merasa sukses hanya dengan kebohongan dan segala macam tipuan pasti akan jatuh”.
Apalagi selama ini sikap, modelnya dan gayanya hanya praktek seperti kodok loncat sana – sini dengan kebohongan dan tipuan yang terus-menerus, akhirnya akan jatuh terkapar dan akan berakhir membentur batu padas dalam got yang gelap dan hancur berantakan.
(FHD/NRS)