spot_img

Jangan Remehkan! Simak Dosa Durhaka Istri yang Mengundang Murka Allah

KNews.id – Jakarta – Dalam ajaran Islam, pernikahan adalah ikatan suci yang dibangun atas dasar saling menghormati dan mengabdi. Ketika salah satu pihak mengkhianati prinsip ini, maka muncul dosa yang berat, apalagi jika disertai sikap meremehkan.

Buya menegaskan bahwa seorang istri harus memandang rumah tangga sebagai ladang pengabdian, bukan arena untuk menuntut keinginan atau menunjukkan ego.
“Jangan anggap mengabdi itu memperbudak,” ujar Buya. Ia mengingatkan, pengabdian dalam rumah tangga dilandasi oleh cinta dan keikhlasan, bukan keterpaksaan.
Menurutnya, banyak istri yang saat pacaran atau masa awal pernikahan bersikap manis dan memuji suaminya habis-habisan, namun saat kenyataan hidup datang, sikap itu lenyap dan digantikan dengan tuntutan.

Buya memberi nasihat agar para istri menghindari mengangkat suara terhadap suami, serta membiasakan diri bersyukur atas apa pun yang diberikan oleh suaminya, walau sedikit.

Ia menyindir kebiasaan menuntut yang dilakukan sebagian istri. “Seperti orang minum air garam, semakin diminum, semakin haus,” ujarnya, menggambarkan wanita yang tidak pernah puas.

Menurutnya, jika suami bersikap keras, bisa jadi memang sang istri layak dimarahi. Namun jika suami keliru, tetap ada pahala dalam kesabaran dan Allah yang akan membalas dengan kebaikan.

- Advertisement -

Dalam pandangannya, rumah tangga bisa indah jika kedua belah pihak menjalankan peran masing-masing. Istri mengabdi, suami melindungi. Keselarasan ini kunci kebahagiaan rumah tangga.

Buya juga menekankan bahwa dosa durhaka kepada suami bukan hanya soal melawan secara verbal. Membangkang secara halus, atau tidak menerima pemberian suami dengan ikhlas, juga termasuk bentuk kedurhakaan.

Perbanyak Stok Kesabaran

Dosa ini diperparah ketika istri membandingkan suaminya dengan lelaki lain atau membandingkan hidupnya dengan keluarga lain, yang pada akhirnya melahirkan rasa tidak puas dan iri.

Ia mengajak para istri untuk memperbanyak stok kesabaran dan menata niat sejak awal bahwa pernikahan adalah ladang amal, bukan ajang perlombaan dalam menuntut kebahagiaan duniawi.

Penting bagi istri untuk selalu berusaha membuat suasana rumah tangga tenang, menyenangkan, dan jauh dari konflik. Ketika rumah menjadi damai, suami pun akan lebih mudah memberikan cinta dan perhatian.

Ia menegaskan, rumah tangga yang penuh konflik sering kali bermula dari hal kecil yang ditumpuk menjadi besar karena ego masing-masing. Jika istri mampu mengalah, maka itu menjadi jalan keluar.

Buya Yahya menyimpulkan, tugas utama istri bukan hanya mendampingi suami, tetapi juga membantunya menjadi hamba Allah yang lebih baik melalui suasana rumah yang religius dan damai.

“Jika semua wanita memahami hakikat pengabdian, maka rumah tangga akan menjadi tempat terbaik untuk meraih surga,” tutup Buya.

Dengan menghindari dosa durhaka kepada suami, seorang istri telah menjaga dirinya dari murka Allah, dan sebaliknya, membuka pintu-pintu rahmat dan keberkahan dalam hidupnya.

(NS/Lpt6)

Berita Lainnya

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti
- Advertisement -spot_img

Terkini