spot_img
Senin, Oktober 20, 2025
spot_img
spot_img

Israel 57 Kali Langgar Gencatan Senjata, Bunuh 38 Warga Gaza

KNews.id – Gaza, Kantor media Gaza mencatat Israel telah melakukan sebanyak 57 pelanggaran gencatan senjata yang dicapai dengan Hamas pada awal Oktober. Pelanggaran-pelanggaran itu menewaskan 38 warga Palestina dan melukai 143 lainnya.

“Pelanggaran ini termasuk kejahatan tembakan langsung terhadap warga sipil, penembakan dan penargetan yang disengaja, dan penangkapan sejumlah warga sipil, yang mencerminkan kebijakan agresi pendudukan yang terus berlanjut meskipun perang telah dinyatakan berakhir,” bunyi pernyataan tersebut.

- Advertisement -

Salah satu pelanggaran dengan korban jiwa terbanyak terjadi pada Jumat lalu. Saat itu sekeluarga beranggotakan sembilan orang yang tengah berkendara ditembak tank Israel. Seluruh anggota keluarga tersebut syahid.

Jurnalis Muhammad Rabah melaporkan dari Gaza bahwa sembilan jenazah korban pelanggaran gencatan senjata tersebut telah dievakuasi. “Korban pembantaian tersebut antara lain tujuh anak-anak, tiga perempuan, dan seorang laki-laki, semuanya tewas seketika,” ujar juru bicara Badan Pertahanan Sipil Gaza, Mahmoud Basal mengatakan, Sabtu.

- Advertisement -

“Setelah berkoordinasi dengan kantor Palang Merah, kru Pertahanan Sipil berhasil menemukan sembilan orang yang mati syahid akibat serangan pendudukan Israel yang menargetkan sebuah bus yang membawa pengungsi di sebelah timur lingkungan Zeitoun kemarin.”

Badan pertahanan sipil Gaza mengatakan keluarga tersebut mencoba mencapai rumah mereka di lingkungan Zeitoun di Kota Gaza ketika bus yang mereka tumpangi diserang karena disebut melintasi “garis kuning” yang membatasi wilayah kendali tentara Israel.

“Mereka telah melewati apa yang disebut ‘garis kuning’, sebuah batas khayalan yang disebutkan oleh tentara Israel,” kata Mahmoud Basal. “Saya yakin keluarga tidak dapat membedakan antara garis kuning dan merah karena tidak ada penanda fisik di lapangan.”

Rekaman yang dirilis oleh badan pertahanan sipil Gaza menunjukkan jenazah keluarga tersebut selama misi pengambilan bersama dengan Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB. Para korban termasuk tujuh anak-anak dan tiga wanita.

Pasukan penjajahan Israel (IDF) mengakui menembak sebuah kendaraan mencurigakan teridentifikasi melintasi garis kuning dan mendekati pasukan IDF yang beroperasi di Jalur Gaza utara. “Pasukan melepaskan tembakan untuk menghilangkan ancaman tersebut, sesuai dengan perjanjian.”

Mahmoud Basal menjelaskan bahwa penargetan ini adalah bagian dari serangkaian pelanggaran Israel terhadap perjanjian gencatan senjata yang diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump pada 9 Oktober. Berdasarkan perjanjian tersebut, kelompok perlawanan Palestina akan menyerahkan jenazah 28 tawanan Israel sebagai imbalan atas pembebasan jenazah warga Palestina dari Gaza yang terbunuh dalam genosida.

- Advertisement -

Pihak berwenang di Gaza meminta “PBB dan pihak-pihak penjamin perjanjian tersebut untuk segera melakukan intervensi guna memaksa pendudukan mengakhiri agresi yang sedang berlangsung dan untuk melindungi penduduk sipil yang tidak bersenjata”.

Sementara itu, Benjamin Netanyahu mengatakan penyeberangan Rafah – yang merupakan titik masuk penting bagi bantuan – hanya akan dibuka kembali setelah Hamas menyerahkan jenazah semua sandera yang masih ditahan di Gaza. “Perdana Menteri Netanyahu telah mengarahkan agar penyeberangan Rafah tetap ditutup sampai pemberitahuan lebih lanjut,” bunyi pernyataan dari kantornya pada hari Sabtu.

“Pembukaan kembali akan dipertimbangkan berdasarkan bagaimana Hamas memenuhi kewajibannya untuk mengembalikan para sandera dan jenazah orang yang meninggal, dan untuk melaksanakan ketentuan yang telah disepakati.” Militer Israel mengatakan pada Sabtu malam bahwa Palang Merah telah menerima dua jenazah sandera yang ditahan di Gaza sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata.

Israel dan Hamas terus saling menyalahkan atas pelanggaran gencatan senjata. Israel menuduh kelompok militan tersebut melanggar perjanjian gencatan senjata dengan tidak mengembalikan jenazah sandera yang meninggal. Pada Senin, Hamas mengembalikan 20 sandera terakhir yang masih hidup tetapi pada Sabtu malam hanya mengembalikan 12 dari 28 sandera yang meninggal, dengan mengatakan bahwa mereka memerlukan peralatan pemulihan khusus untuk mengambil sisanya dari reruntuhan Gaza.

Pada Jumat, kelompok perlawanan Palestina melanjutkan operasi penggalian untuk mencari mayat tawanan Israel yang hilang yang diyakini berada di dalam terowongan perlawanan di Jalur Gaza. Sumber tersebut melaporkan bahwa upaya penggalian dipusatkan di area Menara Hamad, sebelah utara Khan Younis, untuk mencari sisa-sisa tawanan Israel yang diyakini hilang di wilayah tersebut.

Mereka juga mencatat kedatangan delegasi Palang Merah untuk memeriksa kemajuan pencarian jenazah tawanan Israel. Perlawanan memulai upaya untuk mengambil jenazah untuk diserahkan sesuai dengan ketentuan perjanjian gencatan senjata. Namun, kurangnya peralatan yang diperlukan dan penolakan Israel untuk mengizinkan tim khusus membantu telah menghambat pencarian.

Dalam sebuah pernyataan, gerakan tersebut mengatakan bahwa pemulihan jenazah membutuhkan waktu, karena beberapa di antaranya terkubur di terowongan yang dihancurkan oleh pasukan Israel dan yang lainnya terkubur di bawah reruntuhan. Hamas menekankan bahwa pengambilan jenazah-jenazah ini memerlukan peralatan penggalian yang berat, yang saat ini tidak tersedia karena larangan masuk Israel.

Gerakan tersebut menambahkan bahwa keterlambatan dalam penyerahan jenazah adalah tanggung jawab pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang menghalangi penyediaan sumber daya yang diperlukan.

(FHD/Rpk)

Berita Lainnya

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti
- Advertisement -spot_img

Terkini