KNews.id- Dikabarkan, Iran mengakui bahwa tembakan 12 misil balistik ke Kota Erbil di Irak adalah miliknya. Aksi ini diklaim sebagai bentuk balas dendam atas tewasnya dua anggota pengawal revolusi akibat serangan Israel di Suriah sekitar seminggu lalu.
Pada hari Ahad 13 Maret, lalu, Kementerian Luar Negeri Irak memanggil Duta Besar Iran untuk memprotes aksi ini karena diaggap melanggar kedaulatan negara. Meski tidak ada korban jiwa dalam insisden ini, Amerika Serikat mengutuk keras serangan rudal tersebut karena dianggap sebagai pelanggaran yang keterlaluan.
“Serangan itu merupakan pelanggaran keterlaluan terhadap kedaulatan Irak. Tidak ada fasilitas AS yang rusak atau personel terluka, dan kami tidak memiliki indikasi bahwa serangan itu diarahkan ke Amerika Serikat,” ucap Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price seperti dikutip Hops.ID dari laman ABCNews, Senin 14 Maret.
Melalui siaran satelit Kurdistan24, yang mengudara didekat kantor konsulat AS menunjukan puing-puing dan pecahan kaca di lantai studio mereka. Serangan itu memang dikabarkan tidak mengenai kantor konsulat AS tetapi mengenai beberapa bangunan di sekitarnya.
Sebelum serangan itu terjadi, Iran dikabarkan melayangkan ancaman akan melakukan balas dendam atas serangan Israel didekat Damaskus, Suriah. Serangan rudal beruntun ini juga menyusul ketegangan regional yang terjadi di sana.
Seperti diketahui bahwa negosiasi Wina soal kesepakatan nuklir Teheran terpaksa harus ditunda akibat tuntutan sanksi terhadap Rusia pasca serangannya ke Ukraina.
Terlebih lagi, Iran juga diketahui menunda perbincangan bersama Baghdad yang bertujuan untuk mengurangi ketegangannya dengan Arab Saudi, setelah sebelumnya Saudi melakukan eksekusi masal besar-besaran pada sekitar 36 warga Syiah di sana. (AHM/hop)
