spot_img
Senin, April 29, 2024
spot_img

Ini Tiga Kunci Investasi di 2021

KNews.id- PT Bahana Sekuritas menyebut ada tiga indikator utama perlu dicermati investor dalam berinvestasi di tahun ini. Kepala Makroekonomi dan Direktur Strategi Investasi Bahana TCW, Budi Hikmat merinci, indikator pertama adalah rotasi kelas aset yang relatif positif ke negara berkembang atas kemenangan Joe Biden sebagai Presiden AS yang baru.

Biden dipercaya akan menormalisasi pengelolaan ekonomi yang lebih fokus pada penguatan infrastruktur, menekan ketimpangan kemakmuran dan kelestarian lingkungan hidup. Biden, kata dia, diharapkan akan memperbaiki hubungan internasional terutama dengan para sekutu tradisional untuk lebih efektif menghadapi pertarungan hegemoni terhadap China.

- Advertisement -

“Kemenangan Biden diyakini mengurangi daya tarik bursa saham negara maju yang selama 10 tahun terakhir menikmati outperformance terhadap negara berkembang,” kata Budi Hikmat, dalam keterangannya, Jumat (8/1).

Isyarat rotasi regional global ini ditunjukkan oleh indeks bursa saham negara berkembang (MXAPJ) yang tahun lalu naik sekitar 20%. Indeks dua negara yang melonjak seperti Sensex India 16% dan Shcomp China 13,9% yang diyakini lebih memiliki digital economy ketimbang negara berkembang lain. Sedangkan, Indeks Harga Saham Gabungan telah bangkit 51,8% dari titik terendahnya.

- Advertisement -

Likuiditas global yang masih berlebih juga ditandai dengan suku bunga Libor yang terus turun hingga hanya 0,25% dan indeks dollar DXY yang melemah 7% tahun atau sekitar 13% dari titik terkuat 102,8 pada 20 Maret 2020. Bloomberg Financial Condition Index untuk Amerika Serikat (BFCIUS) adalah indikator utama untuk menunjukkan kekuatan secara umum pasar uang, fixed-income dan saham. Angkanya sudah kembali positif setelah menukik minus 6,3% pada 24 Maret 2020.

Sementara, indikator dari dalam negeri terlihat dari Currency risk rupiah cenderung menguat di bawah Rp 13.500. Harga sejumlah komoditas ekspor seperti CPO, nickel, coal dan karet juga meningkat. Sementara harga komoditas minyak masih negatif.

- Advertisement -

Dengan melihat berbagai indikator di atas, Bahana TCW, yang merupakan anak usaha dari holding BUMN asuransi dan penjaminan (Indonesia Financial Group – IFG Group) melihat investor akan terlebih dahulu masuk ke pasar obligasi (SBN). Hal ini dilandasi oleh yield obligasi Indonesia dengan tenor 10 tahun yang menarik di mata investor, yakni 5,89%.

Sementara, obligasi AS tenor 10 tahun hanya memiliki yield 0,93%. Sepanjang tahun 2020, indeks SBN Abtrindo mengukir total cuan 15,1% sementara IHSG minus 5,1%.

Budi menilai, kenaikan aset SBN ini menjadi prasyarat untuk keberlanjutan rally IHSG tahun 2021, yang sudah ditopang oleh penguatan daya beli, terlihat dari indikator pertumbuhan uang beredar M1.

Sementara, pertumbuhan M1 di Amerika Serikat 53,2% adalah angka tertinggi selama 60 tahun terakhir. Meski ada kecemasan peningkatan inflasi, risiko inflasi ini sementara ditahan oleh proses pengurangan utang (deleveraging) masyarakat di negara maju dan penguatan digitalisasi ekonomi.

“Dengan sejumlah indikator tersebut, kami menyarankan agar investor bisa memanfaatkan proses reflasi aset finansial dengan mengurangi alokasi kas ke pasar obligasi maupun pasar saham,” ujarnya.

Sementara sentimen positif yang dapat mendorong penguatan ekonomi dan pasar modal Indonesia adalah penerapan SWF (sovereign wealth fund) untuk pembiayaan infrastruktur.

Budi menilai, jika implementasi SWF ini dikelola secara berkualitas, kompeten, dan prudent, maka ekonomi dan IHSG akan kembali naik. Adapun, tahun 2021, Bahana TCW memproyeksikan IHSG akan berada pada level 6.800. (Ikh)

Sumber: Bisnis

Berita Lainnya

Direkomendasikan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Ikuti Kami

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti

Terpopuler

Terkini