KNews.id – Belakangan ini Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen kembali buka suara terkait kemungkinan terjadinya gagal bayar (default) utang. Yellen sudah resah akan kemungkinan default sejak akhir tahun lalu, sebab Kongres AS belum menaikkan pagu utang pemerintah.
Mantan ketua bank sentral AS (The Fed) ini bahkan memperingatkan default akan memunculkan apa yang disebut ‘malapetaka ekonomi’ yang bakal membuat suku bunga lebih tinggi untuk tahun-tahun berikutnya.
Untuk diketahui, berdasarkan data yang terbaru per Januari 2023 utang Amerika Serikat sudah menembus US$ 31 triliun atau sekitar Rp 461 ribu triliun (kurs Rp 14.900/US$) pada tahun lalu angka ini setara dengan 137% dari total PDB nya.
Dari tahun ke tahun, jumlah utang Negara Adikuasa memang terus meningkat, disebabkan defisit fiskal yang terus membengkak, dan semakin terakselerasi memasuki abad 21.
Sebagaimana diketahui, utang luar negeri dibutuhkan tiap negara untuk menutup defisit anggarannya. Di Indonesia, utang luar negeri banyak difungsikan untuk membiayai foreign exchange gap. Lantas negara mana saja dengan hutang paling banyak di dunia?
Berdasarkan data di atas penghujung Amerika Serikat (AS) menempati posisi pertama dengan utang luar negeri terbesar. Angka US$ 31 triliun tersebut setara dengan 121,1% dari total PDB nya. Posisinya jauh berada di atas Inggris dan Prancis.
Dengan tingginya utang inilah AS terancam gagal bayar. Oleh sebab itu, pemerintah AS harus mengurangi belanja, memilih mana yang harus dipenuhi, membayar gaji pegawai negeri, manfaat Jaminan Sosial, atau bunga utang.
Posisi kedua ada Inggris. Total utang yang harus dibayar Inggris ini mencapai US$ 8,73 triliun. Sedangkan rasio utangnya terhadap PDB negara adalah sekitar 273,1%. Sedangkan Prancis memiliki utang mencapai US$ 7.04 triliun atau setara dengan 253,4% PDB nya.
Berdasarkan data tersebut, Indonesia tidak termasuk di dalamnya. Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada triwulan IV 2022 tetap terkendali. Posisi ULN Indonesia pada akhir triwulan IV 2022 tercatat sebesar396,8 miliar dolar AS.
Secara angka utang ini memang terbilang besar, namun berdasarkan rasio utang terhadap PDB yang tetap terjaga di kisaran 30,1%, menurun dibandingkan dengan rasio pada triwulan sebelumnya sebesar 30,3%. (Hfz/CNBC)
