Pertama memberi tawaran pengerjaan proyek lebih murah dari Jepang. Setelah itu Indonesia memberikan proyek KBCB ke RRC.
Ketiga, China meminta jaminan pemerintah Indonesia. Belakangan, keempat, harga dinaikkan berkali-kali, lalu akhirnya pemerintah mendanai dengan APBN lewat PMN.
- Advertisement -
Saat ini kata dia, keednam, pemerintah minta utang ke RRC dengan junlah fantastis.
“Pemerintah dulu meminta RRC menjadi pemilik saham mayoritas. Tapi tidak mau. Itu menunjukkan dua hal, satu bahwa memang proyek ini tidak layak, dua RRC memang hanya mencari pelaksanaan keuntungan dari proyek,” terangnya.