KNews.id- Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Resesi yang sepertinya semakin hari semakin pasti terjadi membuat pelaku pasar lari. Pada Kamis (2/4), US$ 1 dihargai Rp 16.500 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,36% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan depresiasi 0,86% di hadapan dolar AS. Ini membuat rupiah sudah anjlok 18,44% sejak awal tahun. Wow… Hawa pelemahan rupiah sudah terasa sejak dini hari tadi. Bursa saham New York ditutup melemah signifikan di mana indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ambles 4,44%, sementara S&P 500 dan Nasdaq Composite sama-sama anjlok 4,41%.
Kejatuhan Wall Street menandakan investor sedang tidak mau mengambil risiko dan memilih bermain aman. Penyebabnya apa lagi kalau bukan penyebaran virus corona yang semakin ngeri tidak ada sedap-sedapnya.
Mengutip data satelit pemetaan ArcGis per pukul 05:04 WIB, jumlah pasien corona di seluruh dunia sudah mencapai 932.605 orang. Dari jumlah tersebut, 46.809 orang meninggal dunia.
“Dalam lima pekan terakhir, pertumbuhan jumlah kasus baru dan korban jiwa bergerak mendekati deret eksponensial, Dalam beberapa hari ke depan, sepertinya kita akan melihat jumlah kasus menembus 1 juta dan kematian 500.000 di seluruh dunia,” ungkap Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia, seperti diwartakan Reuters.
Gara-gara penyebaran virus yang semakin luas, pemerintah dua berbagai negara membatasi aktivitas publik. Sebab risiko penularan memang terjadi seiring interaksi dan kontak antar-manusia. Meminimalkan kontak dan interaksi sama dengan mempersempit ruang gerak virus corona.
Salah satu yang menerapkan pembatasan aktivitas masyarakat adalah Negara Bagian New York di AS. Meski negara bagian ini masih menerapkan karantina wilayah (lockdown), tetapi masih ada saja yang membandel.
“Anak-anak muda harus mengerti pesan ini, dan mereka masih belum mengerti. Anda masih bisa melihat kerumunan anak-anak muda, betapa ceroboh, tidak bertanggung jawab, dan egois,” tegas Andrew Cuomo, Gubernur New York, seperti dikutip dari Reuters.
Cuomo menginstruksikan aparat keamanan untuk bertindak lebih tegas. Pemerintah memang sudah menetapkan ada sanksi denda bagi mereka yang melanggar perintah menjaga jarak.
Ketika praktik diam di rumah diterapkan di banyak negara, berarti aktivitas ekonomi berjalan lambat. Memang bisa bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah. Namun intensitas aktivitasnya tidak akan sekencang jika bekerja dalam kondisi normal.
Akibatnya, prospek pertumbuhan ekonomi global sangat suram. Dana Moneter Internasional (IMF) memberi wanti-wanti bahwa perekonomian dunia sudah masuk ke jurang resesi.
“Covid-19 adalah ujian terbesar bagi kita sejak pembentukan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Ini adalah kombinasi antara penyakit yang menebar ancaman dan dampak ekonomi yang menyebabkan resesi dalam skala yang tidak bisa dibandingkan dengan sebelumnya,” tegas Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal PBB, sebagaimana diwartakan Reuters.
Resesi yang semakin pasti, bahkan mungkin sudah terjadi, membuat investor menerapkan ‘social distancing’ dari aset-aset berisiko di negara berkembang, termasuk Indonesia. Seretnya arus modal ke pasar keuangan Tanah Air membuat rupiah melemah.
“Semakin lama orang-orang bertahan di rumah, maka semakin lama korporasi bisa mencatat laba. Jadi sepertinya kondisi bear market akan bertahan lebih lama,” ujar Chris Zaccarelli, Chief Investment Officer di Independent Advisor Alliance yang berbasis di Charlotte, sebagaimana diberitakan Reuters.(Fahad Hasan&Reuters)