Oleh : Muslim Arbi
KNews.id – Rezim Jokowi fasis dan anti-kritik dengan teror yang menimpa Guru Besar Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Koentjoro Soeparno setelah terlibat aksi “Kampus Menggugat: Tegakkan Etika & Konstitusi, Perkuat Demokrasi” pada Selasa, 12 Maret 2024 yang digelar di Balairung UGM.
“Prof Koentjoro diteror setelah terlibat aksi “Kampus Menggugat: Tegakkan Etika & Konstitusi, Perkuat Demokrasi”. Ini menunjukkan Rezim Jokowi fasis dan anti-kritik,” kata pengamat politik Muslim Arbi .
Menurut Muslim, Rezim Jokowi tidak ingin semua pihak termasuk guru besar mengkritik penguasa. “Rezim Jokowi ingin meniru Soeharto melakukan pendekatan keamanan demi pembangunan,” jelasnya.
Guru Besar Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Koentjoro Soeparno mendapat teror melalui pesan WhatsApp (WA) ke nomor pribadinya, pada Sabtu, 16 Maret 2024. Teror itu datang setelah ia terlibat aksi “Kampus Menggugat: Tegakkan Etika & Konstitusi, Perkuat Demokrasi” pada Selasa, 12 Maret 2024 yang digelar di Balairung UGM.
“Dia mengatakan saya sudah tua. Curang-curang, saya dibilang pembela 03, mau cari jabatan, dan jenggot saya sudah putih tua,” kata Koentjoro, menirukan isi pesan itu, pada Selasa, 19 Maret 2024 dikutip dari Tempo.
“Maturnuwun, namun saya lebih menghargai panjenengan kalau jantan. Jangan memalsukan diri dengan KPK,” katanya.
(Zs/NRS)